Kerusakan Karang Raja Ampat, Pemerintah Tuntut Caledonia Rp 6 T  

Reporter

Rabu, 24 Mei 2017 08:26 WIB

Kapal The Caledonian Sky di Raja Ampat. Foto: Stay Raja Ampat

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akhirnya menetapkan nilai ganti rugi yang harus dibayar operator jasa wisata Noble Caledonia akibat kerusakan terumbu karang dan ekosistem di perairan Raja Ampat. Berdasarkan penghitungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kapal pesiar milik perusahaan yang bermarkas di Inggris tersebut, Caledonian Sky, telah menghancurkan sekitar 13.270 meter persegi zona terumbu karang.

“Sekarang angkanya sudah keluar. Sangat besar angkanya. Prosesnya sedang berada di tahap pembahasan dengan asuransi,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan kepada Tempo, Jumat, 19 Mei 2017. (Baca: Terumbu Karang Raja Ampat, Kesempatan Hidupnya Hanya 50 Persen)

Motor vessel (MV) Caledonian Sky masuk dan terjebak saat air laut surut di wilayah terumbu karang Raja Ampat. Kapal berbendera Bahama tersebut karam setelah mengamati keragaman burung di Pulau Waigeo pada 4 Maret 2017. Pemerintah mengklaim kerusakan ekosistem dalam insiden tersebut seluas 18.882 meter persegi dengan rincian 13.270 meter persegi rusak total serta 5.612 meter persegi rusak akibat empasan pasir dan patahan terumbu.

Noble Caledonia menyatakan bersedia menanggung ganti rugi atas kecerobohan yang dilakukan nakhoda kapal Kapten Keith Michael Taylor itu. Tapi mereka justru melempar tanggung jawab kepada perusahaan asuransi SPICA. Pemerintah dan SPICA kemudian menghitung besaran ganti rugi masing-masing berdasarkan kerusakan yang terjadi.

Seorang pejabat yang mengetahui proses negosiasi pemerintah dengan SPICA mengatakan ada perbedaan besar nominal ganti rugi di antara keduanya. Dia menuturkan pemerintah mengajukan tuntutan hingga Rp 6 triliun kepada Noble Caledonia. Tapi SPICA mengeluarkan penghitungan yang sangat rendah terkait dengan kerusakan di Raja Ampat. “Ini yang membuat Indonesia dan SPICA belum deal soal besaran ganti rugi,” ucapnya. (Baca: Reportase Tempo ke Raja Ampat: Terumbu Karang Hancur Berantakan)

Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut Kementerian Lingkungan Hidup Heru Waluyo juga enggan menyebut berapa angka ganti rugi yang diajukan pemerintah kepada pemilik MV Caledonian Sky. Dia hanya mengakui butuh proses panjang untuk mencapai kesepakatan tentang nilai yang harus dibayar. Menurut dia, pemerintah tak akan menurunkan angka ganti rugi dan menolak klaim penghitungan SPICA.

“Kalau tetap tak mau membayar, tak menutup kemungkinan akan dibawa ke Mahkamah Internasional,” ujar Heru. “Jangan sampai ada anggapan merusak alam di Indonesia bisa diganti murah.”

Heru mengatakan tingginya tuntutan pemerintah didasari perhitungan empat komponen kerugian yang terjadi. Empat komponen itu adalah kerugian ekosistem, kerugian ekonomi dan sosial masyarakat, biaya rehabilitasi ekosistem, serta biaya proses pengurusan ganti rugi. “Nilai yang dituntut semua ada penjelasannya,” ucap Heru. (Baca: Kasus Raja Ampat, Pemerintah Siapkan Kawasan Laut Sensitif)

Kepala Suku Maya Kristian Thebu menuturkan masyarakat adat Suku Maya di Raja Ampat memang terkena dampak atas kerusakan ekosistem akibat karamnya Caledonian Sky. Menurut dia, masyarakat adat sangat menjaga ekosistem di wilayah tersebut, termasuk dengan menetapkan aturan waktu dan lokasi untuk menangkap ikan. “Lokasi itu merupakan tempat Sasi (aturan adat). Harus ada perbaikan,” kata Kristian. (Baca: Terumbu Karang Raja Ampat, Pemerintah Tambah Rambu-rambu)

HUSSEIN ABRI | FRANSISCO ROSARIANS




Berita terkait

Sidang Korupsi Timah Harvey Moeis, Kerusakan Lingkungan Makin Masif Setelah Penambangan 5 Smelter

14 hari lalu

Sidang Korupsi Timah Harvey Moeis, Kerusakan Lingkungan Makin Masif Setelah Penambangan 5 Smelter

Berdasarkan hitungan Kejagung kerugian negara terbesar dalam kasus korupsi timah adalah kerusakan lingkungan yang mencapai Rp 271 triliun.

Baca Selengkapnya

Warga Semarang Upacara 17 Agustus di Atas Laut sebagai Kritik atas Kerusakan Lingkungan

34 hari lalu

Warga Semarang Upacara 17 Agustus di Atas Laut sebagai Kritik atas Kerusakan Lingkungan

Nelayan di Kota Semarang sengaja menggelar upacara 17 agustus di lokasi tersebut untuk menyuarakan kondisi laut yang semakin rusak.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Terdampak IKN Serukan Penyelamatan Lanskap Teluk Balikpapan

34 hari lalu

Masyarakat Terdampak IKN Serukan Penyelamatan Lanskap Teluk Balikpapan

Pembangunan IKN membabat habis lebih dari empat hektar mangrove di hulu Teluk Balikpapan yang menjadi akses jalur perairan untuk alat-alat berat.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Sektor Pertambangan Paling Merugikan Lingkungan

42 hari lalu

Jokowi Sebut Sektor Pertambangan Paling Merugikan Lingkungan

Presiden Jokowi mengatakan bahwa masalah iklim perlu menjadi perhatian bersama.

Baca Selengkapnya

Di Kampung Wisata Flory Sleman Yogyakarta, Puluhan Anak Muda Berkumpul Soroti Keberlanjutan Lingkungan

47 hari lalu

Di Kampung Wisata Flory Sleman Yogyakarta, Puluhan Anak Muda Berkumpul Soroti Keberlanjutan Lingkungan

Puluhan anak muda membedah bagaimana kultur sosial, dunia pendidikan, dan lingkungan saling berelasi di Kampung Wisata Yogyakarta

Baca Selengkapnya

MUI Kaji Dampak Lingkungan Sebelum Terima Izin Tambang Ormas dari Pemerintah

56 hari lalu

MUI Kaji Dampak Lingkungan Sebelum Terima Izin Tambang Ormas dari Pemerintah

MUI masih melihat apakah model tambang yang diberikan oleh pemerintah berpotensi merusak atau menguntungkan umat.

Baca Selengkapnya

KPK Dorong Percepatan Hibah Aset Pelabuhan Waisai di Raja Ampat ke Kemenhub

11 Juli 2024

KPK Dorong Percepatan Hibah Aset Pelabuhan Waisai di Raja Ampat ke Kemenhub

KPK hadir untuk menjembatani percepatan dan menyelesaikan masalah dalam hibah aset Pelabuhan Waisai Kabupaten Raja Ampat kepada Kemenhub.

Baca Selengkapnya

PBB: 39 Juta Ton Reruntuhan Menggunung di Gaza akibat Agresi Israel

20 Juni 2024

PBB: 39 Juta Ton Reruntuhan Menggunung di Gaza akibat Agresi Israel

Gempuran Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu telah menyebabkan bencana lingkungan berskala besar serta munculnya 39 juta ton reruntuhan

Baca Selengkapnya

Raffi Ahmad Mundur dari Proyek Beach Club di Gunungkidul: Berpotensi Rusak Bukit Karst

14 Juni 2024

Raffi Ahmad Mundur dari Proyek Beach Club di Gunungkidul: Berpotensi Rusak Bukit Karst

Raffi Ahmad mundur dari proyek besar kawasan pantai itu karena berpotensi merusak lingkungan. Begini rinciannya.

Baca Selengkapnya

Tagar All Eyes On Papua, Memahami Ekosida yang Dialami Papua

8 Juni 2024

Tagar All Eyes On Papua, Memahami Ekosida yang Dialami Papua

Tagar All Eyes On Papua bukan hanya sebuah isu selintas di jagat maya. Kerusakan lingkungan dan soal tanah adat menjadi perhatian berbagai pihak.

Baca Selengkapnya