“Kita berharap revitalisasi ini akan dapat memberikan dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Selain sektor pertanian, sektor pariwisata dan perikanan juga bisa tumbuh,” ujarnya.
Ia meyakini, produktivitas pertanian warga akan sangat terbantu dengan adanya pengairan yang baik. Dalam kalkulasinya, kurangnya air membuat para petani hanya mampu panen sekali dalam setahun. Embung, lanjutnya, akan membuat para petani mampu panen tiga hingga empat kali dalam setahun. Begitu juga dengan pengembangan sektor perikanan.
“Baru sekitar 45% desa-desa punya saluran irigasi atau embung. Nagari harus anggarkan Rp 200 - Rp 500 juta untuk embung. Ini sesuai instruksi Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Menteri Eko menambahkan, embung juga harus bisa dimanfaatkan sebagai wisata air dan sarana olahraga seperti kolam renang. Selain itu, lanjutnya, pemerintah desa juga dapat menambahkan lapangan bola dan pengelolaan parkir sehingga total lahan yang digunakan bisa mencapai 4,5 hektare. Ia menegaskan hal tersebut dapat terwujud karena setiap desa kini memiliki dana desa.
"Awalnya banyak yang meragukan apakah desa mampu mengelola keuangannya sendiri. Ternyata masyarakat desa kalau dikasih kesempatan bisa. Ekonomi di desa-desa harus terus berkembang,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Padang Pariaman, Ali Mukni, optimistis revitalisasi pembangunan embung berpotensi menjadi wisata unggulan daerah. Dirinya memprediksi embung tersebut juga akan mampu mengairi hingga 400 hektare sawah. Ali pun mengapresiasi adanya dana desa dari pemerintah pusat karena dinilai mampu mempercepat pembangunan di pedesaan serta memberdayakan masyarakat desa.
“Embung ini ke depannya akan dijadikan tempat wisata, mancing ikan dan irigasi. Dananya murni diambil dari dana desa 2017 sebesar Rp 60 juta. Sampai selesai butuh dana Rp 3 miliar,” katanya.
Dalam sejarahnya, embung tersebut mulai dibangun sejak pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1912 dengan luas 2 hektare. Pada 2009 lalu, masyarakat meminta Wali Nagari mengeruk embung karena debit air mulai menurun. Hal itu disebabkan sedimentasi serta merimbunnya pohon kelapa dan rumbio di tepi embung. Pengerukan dan renovasi dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera V pada 2012 lalu.