Kaji Demokrasi, Universitas Nasional Kerja Sama dengan Malaysia  

Reporter

Editor

Sabtu, 13 Mei 2017 21:03 WIB

Ilustrasi mahasiswa di kampus. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Nasional menggelar seminar internasional bertema "Perkembangan Demokratisasi di Asia: Pengalaman di Indonesia, Malaysia, India, dan Tunisia" hari ini, Sabtu, 13 Mei 2017, di Menara Universitas Nasional. Pada seminar ini juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Universitas Nasional, Jawaharlal Nehru University, dan Universitas Kebangsaan Malaysia terkait dengan riset demokrasi di Asia.


Ketua Program Doktor Universitas Nasional Massa Djafar mengatakan kerja sama ini diperlukan untuk mempelajari sistem-sistem demokrasi di negara lain. Harapannya, Indonesia bisa menerapkan demokrasi tanpa meninggalkan budaya.

Baca: Pembubaran HTI Melanggar Demokrasi atau Tidak, Ini Kata Maswadi Rauf


"Sudah saatnya demokrasi kita tidak berpijak ke barat. Kita harus berpikir bagaimana nilai-nilai ketimuran itu menjadi pijakan demokrasi kita," kata Massa di Menara Universitas Nasional, Sabtu, 13 Mei 2017.

Massa menyebutkan beberapa negara berhasil mengembangkan demokrasi tanpa menghilangkan nilai budayanya. Negara-negara itu, kata dia, berhasil memadukan antara barat dan timur. "Ini perlu juga kita lakukan agar kita tidak terlalu mengalami distorsi. Supaya kita bisa tumbuh dan berkembang sesuai alam dan kulturnya," kata Massa.

Massa menjelaskan secara prosedural demokrasi Indonesia telah berhasil. Empat kali pemilihan umum berhasil dilakukan dengan sistem pemungutan suara yang bebas. Namun, secara substansial, demokrasi di Indonesia belum beres.

Baca: Alfan Alfian: Politik Identitas Bisa Ancam Demokrasi


Belum berhasilnya demokrasi, kata dia, secara substansial terlihat dari perekonomian Indonesia yang belum stabil. Selama ini, demokrasi justru melayani orang-orang berduit saja. Yang kuat semakin kuat, dan yang lemah tak kunjung terangkat.

"Ini yang kami khawatirkan. Kemungkinan bisa saja orang ingin kembali ke otoritarian ketika sipil gagal," ujar Massa.

Massa mengatakan nantinya kerja sama ini bakal menghasilkan riset mengenai sistem demokrasi ideal yang bisa diterapkan di Indonesia maupun di Asia. Riset ini, diharapkan bisa menjadi pertimbangan pemerintah dalam setiap pengambilan kebijakan.

MAYA AYU PUSPITASARI

Berita terkait

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

1 jam lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

14 jam lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

1 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

2 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

5 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

10 hari lalu

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud) prediksi 5 skenario potensial putusan MK sengketa Pilpres 2024 yang akan di gelar Senin, 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Kelompok Pemantau Eopa: Pemilu Turki Belum Sepenuhnya Kondusif bagi Demokrasi

30 hari lalu

Kelompok Pemantau Eopa: Pemilu Turki Belum Sepenuhnya Kondusif bagi Demokrasi

Kelompok pemantau pemilu dari Dewan Eropa mengatakan lingkungan pemilu Turki masih terpolarisasi dan belum sepenuhnya kondusif bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Respons Bambang Widjojanto Soal MK Panggil 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres

30 hari lalu

Respons Bambang Widjojanto Soal MK Panggil 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres

Bambang Widjojanto menilai MK ingin sungguh-sungguh memeriksa setiap bukti dalam sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Ketika Ganjar dan Mahfud Md Kompak Berharap MK Selamatkan Demokrasi

35 hari lalu

Ketika Ganjar dan Mahfud Md Kompak Berharap MK Selamatkan Demokrasi

Mahfud Md berharap MK mengambil langkah penting untuk menyelamatkan masa depan demokrasi dan hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ganjar dan Mahfud Bakal Singgung Kemunduran Demokrasi di Sidang Sengketa Pilpres

35 hari lalu

Ganjar dan Mahfud Bakal Singgung Kemunduran Demokrasi di Sidang Sengketa Pilpres

Mahkamah Konstitusi menjadwalkan pemeriksaan pendahuluan kepada Ganjar dan Mahfud, hari ini, pukul 13.00 WIB.

Baca Selengkapnya