Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan keynote speech dalam World Ocean Summit 2017 di Sofitel, Nusa Dua, 23 Februari 2017. Tempo/Angelina Anjar Sawitri
TEMPO.CO, Ambon - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengingatkan kesenjangan di Indonesia sudah cukup membahayakan karena adanya perbedaan agama antara yang kaya dan miskin.
"Kesenjangan di Indonesia cukup berbahaya dibanding di negara lain. Di Thailand yang kaya dan miskin sama agamanya. Di Filipina juga begitu, baik yang kaya maupun miskin memiliki agama yang sama. Sementara di Indonesia yang kaya dan miskin berbeda agama," kata Kalla saat menutup sidang tanwir Muhammadiyah di Ambon, Ahad, 26 Februari 2017.
Jumat lalu, sidang Tanwir Muhammadiyah dibuka Presiden Joko Widodo. Sedangkan penutupan dilakukan Kalla hari ini.
Kalla menjelaskan, di Indonesia sebagian besar orang yang kaya adalah warga keturunan yang beragama Konghucu maupun Kristen. Sedangkan orang yang miskin sebagian besar Islam dan ada juga yang Kristen. "Ini sangat berbahaya. Karena itu kita harus berusaha bersama untuk mengatasi hal ini," kata Jusuf Kalla.
Menurut Kalla, persoalan kesenjangan tidak hanya menjadi masalah bangsa Indonesia. Di Amerika pun, JK menambahkan, juga terjadi kesenjangan.
"Pancasila bukan tidak kita laksanakan. Hanya sila kelimanya sangat sulit kita laksanakan," kata Kalla. Sila kelima berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sebelumnya, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Natsir atas nama organisasi menganugerahkan penghargaan kepada Kalla sebagai Bapak Perdamaian dan Kebhinnekaan bukan dalam kata-kata dan retorika tapi dalam langkah dan tindakan yang menorehkan jejak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sidang tanwir Muhammadiyah kali ini juga memutuskan resolusi penguatan kedaulatan dan keadilan sosial. Salah satu isi resolusi tersebut adalah negara tak boleh takluk oleh pemilik modal asing maupun dalam negeri yang memorakporandakan tatanan negara hanya untuk mengeruk kekayaan dan meraih kekuasaan.