Presiden Jokowi memberikan keterangan pers di Istana Negara, Jakarta ihwal gempa yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, 7 Desember 2016. Aditya/Tempo
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) beradaptasi dengan perkembangan zaman. Proses adaptasi itu meliputi berbagai hal, seperti teknologi dan metode pengamanan. Namun, di sisi lain, kata Presiden Jokowi, rakyat ingin semakin dekat dengan pemimpinnya.
"Rakyat ingin tidak ada jarak dengan pemimpinnya," ucapnya di Markas Komando Paspampres, Jakarta, Kamis, 29 Desember 2016. Presiden tak mau terlalu membatasi rakyat yang ingin berinteraksi dengan pemimpinnya.
Meski demikian, ujar Jokowi, prosedur pengamanan tetap harus dijalankan. Prajurit Paspampres diminta tetap waspada. "Kewaspadaan diperlukan, tapi kedekatan juga diperlukan," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Lebih lanjut, Presiden mengatakan, belakangan ini, kewaspadaan terhadap berbagai ancaman amat diperlukan, apalagi belum lama ini pelaku terorisme sempat menjadikan Paspampres dan kawasan Istana Kepresidenan sebagai target pengeboman. Jokowi bersyukur ancaman itu berhasil digagalkan berkat aksi sigap Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Upaya penyelamatan terhadap Presiden RI bukanlah hal baru yang dilakoni Paspampres. Jokowi menjelaskan, Presiden Sukarno sempat terancam nyawanya saat menghadapi serangan granat pada 30 November 1957. Peristiwa itu dikenal sebagai Pengeboman Cikini. Jokowi berujar, berkat perlindungan dan kecepatan pengawal, Sukarno selamat. "Kelihatan sekali kesiapannya, sehingga sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucapnya.
Siang tadi, Presiden Jokowi bersama Ibu Negara Iriana mendatangi Markas Komando Paspampres. Selain melihat berbagai peralatan dan fasilitas yang ada di sana, Presiden dihibur oleh berbagai atraksi. Salah satu atraksi yang dipertunjukkan adalah simulasi penyelamatan kepala negara dari ancaman dan serangan teror.