Tak Hanya Cegah Konflik SARA, Malang Waspadai Proxy War
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Selasa, 15 November 2016 18:51 WIB
TEMPO.CO, Malang - Ratusan pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan aparatur pemerintah menggelar apel besar cinta damai dan kebhinekaan di halaman Balai Kota Malang, Selasa, 15 November 2016. Wali Kota Malang Mochamad Anton menjadi inspektur upacara dalam apel tersebut. Dalam sambutannya, Anton meminta seluruh tokoh masyarakat dan tokoh pemuda merawat kebhinekaan dan menjaga toleransi.
"Masyarakat memiliki peran besar untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif," kata Anton. Apel besar kebhinekaan ini merupakan upaya untuk meningkatken persatuan dan kesatuan, sekaligus memperingati Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan.
Anton meminta warganya menghargai jasa para pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa dan raga untuk kemerdekaan. "Jangan mudah tercabik-cabik dan tercerai-berai," katanya.
Menurut dia, Indonesia berpotensi tercerai-berai karena rongrongan dari dalam. Karena itu, dia mengajak seluruh elemen menjaga dan merawat kebhinekaan.
Baca juga:
Cegah Bom Samarinda Terulang, Pengamanan Natal Ditingkatkan
Netizen Kumpulkan Rp 90 Juta untuk Korban Bom Samarinda
Anton mengatakan Kota Malang dianggap sebagai miniatur Indonesia. Sebab, warganya berasal dari beragam suku bangsa dan agama. Apalagi adanya para mahasiswa yang berasal dari seluruh penjuru nusantara. Bahkan, kata dia, Malang selama ini aman. Namun, Anton tetap mengingatkan agar seluruh lapisan masyarakat tetap waspada.
Dia meminta seluruh tokoh melibatkan seluruh elemen untuk merawat keragaman atau kebhinekaan. Sosialisasi bisa dilakukan melalui berbagai media, seperti dalam pengajian, pertemuan kampus, dan kegiatan kepemudaan.
Baca juga:
Yu Jum, Ratu Gudeg Yogya, Telah Tiada
Teror Bom di Gereja Batu, FKUB: Mungkin Pelaku Orang Luar
Ihwal teror bom terhadap gereja di Batu, Anton berharap tak terjadi di Malang. Anton juga mengingatkan adanya ancaman proxy war. "Proxy war bertujuan memecah belah dan melemahkan," ujarnya.
Dalam deklarasi kebhinekaan itu, seluruh peserta menyampaikan ikrar bersama-sama,
"Kami bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika berikrar meyakini dan melaksanakan Pancasila sebagai dasar negara dan wadah kebhinekaan. Sebagai bangsa Indonesia, menjunjung tinggi hukum dan hak asasi. Selalu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai potensi bangsa untuk mewujudkan kedamaian dan ketentraman."
EKO WIDIANTO