Empat Warga Negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf turun dari pesawat Boeing 737 TNI AU di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat, 13 Mei 2016. Keempat WNI merupakan Anak Buah Kapal dari Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi dibajak kelompok yang diduga kuat jaringan Abu Sayyaf pada 16 April 2016, saat melintas di perairan perbatasan Malaysia-Filipina. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - TNI Angkatan Laut menyepakati pentingnya patroli terkordinasi dengan Angkatan Laut Filipina dalam Sidang Tingkat Ketua Komite Perbatasan antara Republik Indonesia dan Filipina yang ke-35. Patroli itu bertujuan untuk meningkatkan keamanan perbatasan antar kedua negara, menyusul maraknya penyanderaan dan penculikan yang dilakukan oleh kelompok separatis Abu Sayyaf asal Filipina Selatan.
“Kami akan segera melakukan patroli perbatasan bersama-sama, diusulkan digelar 2 kali setahun,” kata Panglima Armada Timur, Laksamana Muda TNI Darwanto seusai menutup sidang di Markas Komando Armatim, Rabu malam, 26 Oktober 2016. Area patroli setahun dua kali tersebut akan berfokus di perbatasan Laut Sulu, yakni antara Miangas dan Filipina.
TNI AL dan Filipina, lanjut Darwanto, bakal segera merealisasikan kerja sama berupa patroli ini dengan melaporkan ke tingkatan pejabat atas masing-masing negara. “Nanti supaya segera ditetapkan bagaimana mekanisme patrolinya, pengamanannya, termasuk pertukaran informasi antar kedua negara.”
Darwanto menyatakan, selama ini Indonesia dan Filipina telah memiliki dan melakukan kerja sama pengamanan perbatasan. Termasuk pengawalan kapal-kapal niaga yang masuk maupun keluar perairan yang rawan kriminalitas.
Ia pun mengakui, Armatim belum memiliki kerja sama resmi dengan Western Command alias Komando Barat Tentara Filipina. Sebagai informasi, Filipina memiliki dua armada yaitu Western Command dan Eastern Mindanao Command (Eastern MinCom). “Kita masih dengan Eastern MinCom. Ke depan akan minta kerja sama dengan barat.”
Namun Darmanto menekankan, kerja sama tersebut berkaitan erat dengan hubungan ekonomi kedua negara. “Ini sangat bergantung bagaimana sirkulasi ekonomi kita berjalan, karena keamanan dan ekonomi ini saling terkait,” tuturnya.
TNI AL menjadi tuan rumah Sidang Tingkat Ketua Komite Perbatasan antara Republik Indonesia dan Republik Filipina yang ke-35 di Markas Komando Armada Timur pada tanggal 25-28 Oktober 2016. Sidang ini membahas kerja sama di perbatasan kedua negara, antara lain peningkatan kerja sama operasi dan intelijen, patroli terkordinasi untuk pengamanan perbatasan, dan pertukaran informasi melalui komunikasi yang efektif. Serta diskusi tentang perkembangan aktualisasi konsep-konsep perjanjian perlintasan dan patrol perbatasan yang sudah ada sejak tahun 1975.
Delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Panglima Armada Timur, Laksamana Muda TNI Darwanto. Delegasi dari Filipina dipimpin oleh Panglima Eastern MinCom Letnan Jenderal Rey Leonardo B. Guererro.