Tambang Grassberg Freeport-McMoran Cooper & Gold Inc. di Papua. REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Timika - Sekitar 800 pekerja di Grassberg Mine, PT Freeport Indonesia (PTFI), Timika, mogok kerja sejak hari Rabu, 28 September 2016. Akibatnya, produksi di tambang terbuka ini tidak berjalan maksimal.
Untuk mengakhiri pemogokan ini, pihak manajemen PTFI melakukan pertemuan dengan perwakilan karyawan yang mogok ini pada Senin, 3 Oktober 2016. Namun perkembangan dari pertemuan ini belum diketahui.
Riza Pratama, juru bicara PTFI, membenarkan adanya pertemuan tersebut. “Benar, hari ini ada pertemuan antara manajemen dan karyawan yang mogok, tapi masih berunding. Saya belum bisa kasih info,” ujar Riza Pratama saat dihubungi melalui telepon. Ia juga belum bisa memastikan penyebab mogoknya karyawan PTFI ini.
Ketua Bidang Organisasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Freeport, Virgo Salossa, meski membenarkan terjadinya pemogokan itu, mengaku tidak mengetahui secara pasti tuntutan karyawan yang mogok tersebut.
“Saya lihat tuntutan mereka tidak fokus. Tapi yang terakhir saya dengar adalah soal bonus,” kata Salossa.
Ia menjelaskan, bonus yang diberikan kepada karyawan bergantung pada produksi. Selama April-Mei 2016, produksi di Grasberg menurun sehingga bonus untuk karyawan pun berkurang.
“Perusahaan tidak bisa kasih bonus maksimal. Karena itu, ada selisih antara bonus yang diterima oleh engineering dan operator mining di Grasberg. Engineering menerima 25 persen sedangkan operator menerima 17 persen,” kata Salossa.
Sebanyak 17 persen bonus yang diterima oleh operator mining ini, kata Salossa, disebabkan karena target produksi mereka tidak terpenuhi.
Salossa melanjutkan, baik operator maupun engineering di Grasberg ini keduanya bukan karyawan yang bekerja di bawah tanah.
“Yang mogok ini hanya karyawan kru 1-4 di Grasberg. Yang lainnya tetap jalan. Kalau dihitung, ada sekitar 800 orang karyawan yang mogok di kru 1-4 ini,” ujar Salossa. TABLOIDJUBI