TEMPO.CO, Probolinggo - Penyidik Kepolisian Daerah Jawa Timur menyita kuitansi bukti pembayaran uang sebagai ‘mahar’ proses penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Barang bukti tersebut disita dalam penggeledahan yang dilakukan saat reka ulang kasus pembunuhan yang didalangi Dimas Kanjeng Taat Pribadi dengan korban Abdul Gani.
“Penyidik menemukan beberapa alat bukti di antaranya kuitansi bukti pembayaran mahar,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Argo Yuwono di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Probolinggo, Jawa Timur, Senin, 3 Oktober 2016.
Argo tak menyebut berapa lembar jumlah kuitansi tersebut. “Yang jelas jumlahnya banyak,” katanya. Nilai nominal yang tertera dalam kuitansi juga beragam mulai dari puluhan sampai ratusan juta rupiah. “Mulai dari Rp 25 juta, Rp 75 juta, dan Rp 100 juta,” ucapnya.
Baca Juga: Terungkap, 2 Wanita Ini Diduga Simpan Rahasia Dimas Kanjeng
Kuitansi tersebut akan menjadi bukti penting adanya mahar uang yang diberikan langsung oleh pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi maupun melalui pengurus padepokan.
Ada 74 adegan reka ulang kasus pembunuhan dengan korban Abdul Gani yang dibunuh di asrama putra Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di perbatasan Desa Wangkal dan Gadingwetan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Korban meninggal lainnya, Ismail Hidayah, dibunuh terlebih dulu di luar padepokan dan mayatnya ditemukan di Desa Tegalsono, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Februari 2015. Namun, saat itu identitasnya belum diketahui karena wajahnya rusak dan tidak ditemukan kartu identitas.
Simak: Marwah Daud Bela Habis Dimas Kanjeng, Ini Reaksi ICMI
Selang 14 bulan, Gani dibunuh di padepokan dan mayatnya ditemukan di Wonogiri, Jawa Tengah, April 2016. Dari penangkapan para tersangka pembunuhan Gani terungkap bahwa mereka juga membunuh Ismail. Polisi membongkar makam Ismail di Probolinggo untuk dilakukan tes DNA pada Juni 2016 dan DNA Ismail cocok dengan sampel DNA istri dan anaknya.
Ismail dan Gani adalah dua bekas pengikut sekaligus orang kepercayaan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. “Namun keduanya akhirnya dibunuh karena tahu banyak dan khawatir penipuan penggandaan uang yang dilakukan selama ini terbongkar,” kata Kepala Kepolisian Resor Probolinggo Ajun Komisaris Besar Arman Asmara Syarifuddin.
ISHOMUDDIN
Baca Juga
Kisah Sanusi & Istri Kedua, Cinta Bermula di Thamrin City
Pengakuan Istri Kedua Sanusi Soal Rumah Rp 16,5 Miliar