Pemetaan Kekerasan Anak, Khofifah: Anak Lelaki Lebih Rentan
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Senin, 30 Mei 2016 13:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan, Senin, 30 Mei 2016, menggelar rapat kerja gabungan dengan sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah. Rapat membahas pemetaan kasus kekerasan terhadap anak serta mencari solusinya.
Hadir dalam rapat itu Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise. Tampak pula perwakilan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Polri. Adapun persoalan kekerasan pada anak yang dibahas meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual.
"Saat ini kita darurat kekerasan terhadap anak. Kasus paedofilia, misalnya, kita tertinggi di Asia," ujar Ketua Komisi VIII Ali Taher dalam rapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 30 Mei 2016.
Sementara itu, Khofifah menjelaskan, rapat akan membahas pemetaan jenis kasus kekerasan yang dialami anak beserta solusinya. Tak terkecuali persoalan anak jalanan dan anak telantar.
Khofifah mengatakan, berdasarkan data Kementeriannya, ada kecenderungan anak laki-laki lebih banyak mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual dibandingkan dengan anak perempuan. "Jadi, yang perlu kita bangun adalah awareness bersama. Kerentanan justru banyak pada anak laki-laki," ucapnya.
Pelaku kekerasan, kata Khofifah, lebih banyak berasal dari lingkungan teman sebaya anak tersebut. Itu sebabnya harus dilakukan pra-kondisi di sekolah. Di antaranya, bagaimana para guru bisa memahami fakta yang terjadi. “Bullying menjadi kasus kekerasan yang juga perlu mendapat perhatian khusus,” tuturnya, sembari menambahkan, harus ada proses penguatan peran guru atau pendidik. "Harus ada strict punishment jika guru lalai memberikan perlindungan."
Menteri Yohana menyampaikan fokusnya bahwa anak saat ini belum dilihat sebagai aset yang akan melanjutkan masa depan bangsa. Anak juga belum dilihat sebagai bagian dari pembangunan secara penuh, sehingga kekerasan masih banyak terjadi. "Kita belum melihatnya secara optimal," katanya.
Yohana juga menyoroti maraknya pornografi, khususnya melalui dunia maya, seiring dengan perkembangan teknologi. "Kita juga darurat pornografi sehingga mengakibatkan krisis moral pada anak Indonesia.”
Selain menguraikan jenis kasus kekerasan yang ada, rapat hari ini akan membahas pemetaan pelaku kekerasan dan waktu terjadinya kekerasan. Dengan adanya pemetaan itu diharapkan penentuan solusi akan lebih mudah.
GHOIDA RAHMAH