Tragedi 1965, Luhut: Pemerintah Butuh Bukti, Bukan Rumor

Reporter

Kamis, 21 April 2016 20:31 WIB

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan, saat coffee morning dengan sejumlah wartawan di kantor Menkopolhukam, Jakarta, 21 April 2016. Luhut menyampaikan harapannya agar Indonesia jangan mau didikte negara asing. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah terbuka terhadap informasi apa pun terkait dengan tragedi pembunuhan massal pada 1965. Namun dia ingin informasi yang masuk bisa dipertanggungjawabkan.

"Kalau ada yang bisa membuktikan angka jumlah korban atau di mana ada kuburan massal (korban 1965), kami terbuka," ujar Luhut di gedung Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Kamis, 21 April 2016.

Menurut Luhut, Simposium Nasional Tragedi 1965 yang diadakan pada 18-19 April 2016 bertujuan memberi ruang bagi semua pihak untuk berbicara serta mengemukakan pendapat dan fakta. "Kami belum ada bukti jelasnya. Ada yang bilang jumlah korban yang meninggal sampai 400 ribu, itu tidak mungkin. Lalu berkurang jadi 80 ribu, itu juga melebih-lebihkan," tuturnya.

Luhut menuturkan Presiden Joko Widodo menjamin pemerintah bersikap terbuka dalam pengungkapan jumlah korban. Luhut bercerita, ia pernah dicecar wartawan asing yang mengaku mendapat informasi soal jumlah korban 1965. "Saat simposium itu, mereka bilang dapat informasi. Setelah saya tanya lagi, ternyata info dari YouTube, dari film dokumenter pula," ucapnya.

Luhut mempersilakan media asing terlibat dalam mengungkap jumlah korban, dengan catatan, mereka datang untuk memberi informasi, bukan mencari kesalahan pemerintah Indonesia. "Kalau (mereka) kasih bukti, saya janji akan tindaklanjuti. Katakan ke mana kami harus pergi untuk follow up masalah ini. Jangan datang untuk affair-finding," ujarnya.

Sebelumnya, Luhut mengatakan pemerintah berjanji akan menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia masa lalu, khususnya dalam tragedi 1965, dengan jalan rekonsiliasi. "Akan kami selesaikan secepatnya," ujarnya di Ternate, Maluku Utara, Senin, 18 April 2016.

Luhut menuturkan jalan rekonsiliasi diambil karena belum ada bukti-bukti yang cukup. Berkas Komnas HAM terkait dengan peristiwa 1965 itu, ujar Luhut, sudah rampung diperiksa Jaksa Agung. Namun bukti masih tak cukup. "Saya sudah tanya ke Komnas HAM, siapa yang kena? Siapa yang melapor? Bagaimana kejadiannya? Tak ada jawabannya," katanya.

YOHANES PASKALIS

Berita terkait

Saat Capres Ganjar Pranowo Sindir 3 Purnawirawan Jenderal yang Disebutnya Mencla-mencle

8 Februari 2024

Saat Capres Ganjar Pranowo Sindir 3 Purnawirawan Jenderal yang Disebutnya Mencla-mencle

Ganjar Pranowo bilang ada purnawirawan jenderal yang menyebut jangan memilih calon tertentu karena latar belakangnya tapi kini berbalik arah mendukung

Baca Selengkapnya

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Melatih Tentara Main Musik, Maestro Biola Ini Diberi Pangkat Letkol Tituler

12 Desember 2022

Melatih Tentara Main Musik, Maestro Biola Ini Diberi Pangkat Letkol Tituler

Sebelum Deddy Corbuzier memperoleh pangkat Letkol Tituler, Idris Sardi sudah lebih dulu mendapatkannya

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya