HARI KARTINI, Tiga Serangkai Ini Rajin Blusukan  

Reporter

Kamis, 21 April 2016 07:00 WIB

Raden Ajeng Kartini (kanan) bersama saudarinya, Kardinah (tengah), dan Roekmini. wikipedia.org
<!--more-->
Memang tak tercantum nama Kartini sebagai penulis artikelnya. Yang muncul nama bapaknya. Jaap Anten dari Departemen Arsip dan Foto pada Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) memberi penjelasan dalam situsnya perihal tiadanya nama Kartini. “Tidak dicantumkan nama Kartini tapi nama ayahnya demi alasan keamanan,” tulisnya. Kartini menulis artikel tersebut pada 1895 saat berusia 16 tahun.

Tulisan itu pertama kali ditunjukkan Kartini kepada Marie Ovink-Soer. Dia menyarankan Kartini terus berlatih karena berbakat. Jiwa Kartini meluap-luap sehingga tambah bersemangat menulis. Tapi karangan itu hanya ia simpan. Baru tiga tahun kemudian Kartini menemukan kembali saat membereskan lemari. Tulisan itu lalu ia tunjukkan kepada sang ayah. Sosroningrat, yang diminta KITLV membantu memasok tulisan, lantas mengirimkan karangan anaknya tersebut.

Bukan hanya perkawinan adat Arab yang Kartini tulis. Pada buku Panggil Aku Kartini Saja karangan Pramoedya Ananta Toer, disebutkan Kartini juga menulis perkawinan di kalangan pembesar pribumi. Tulisan itu agaknya merupakan hasil reportasenya atas perkawinan Kardinah pada 24 Januari 1902. Soalnya tulisan itu cocok dengan surat Kartini kepada Hilda Gerarda de Booy-Boissevain pada 21 Maret 1902, yang bercerita detail tata cara pernikahan adat Jawa sejak tiga malam sebelum pernikahan, widodareni, akad nikah, hingga selamatan.

Menurut Pramoedya, tulisan itu tidak pernah diterbitkan meski sebuah majalah terbitan Belanda berkali-kali meminta. Kendati majalah itu menawarkan penulisan anonim, Kartini tetap menolak. Alasan Kartini: orang akan tetap tahu bahwa itu tulisannya. Pada masa itu hanya sedikit orang Indonesia yang bisa menulis dalam bahasa Belanda dan, lebih sedikit lagi yang bisa dipublikasikan. Jadi gampang diterka siapa penulisnya.

Kartini lebih menyukai publikasi tanpa mencantumkan namanya. Tulisan-tulisannya di majalah De Echo--majalah perempuan Hindia yang berbasis di Yogyakarta--menggunakan nama samaran Tiga Saudara. Pemimpin Redaksi De Echo Nyonya M. Ter Horst menyediakan kolom khusus untuk Tiga Saudara. Harian terbesar masa itu, De Locomotief, yang berbasis di Semarang, memuji tulisan-tulisan yang dikirimkan dengan nama pena Tiga Saudara.

Selanjutnya: Kartini tidak suka dipuji

Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

18 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

20 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

22 hari lalu

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

27 persen perempuan sebagai pimpinan puncak perusahaan.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

23 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, PT Pegadaian dukung Kegiatan Edukasi Keuangan bertema "Perempuan Cerdas Keuangan, Perempuan Indonesia Hebat" yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

23 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

24 hari lalu

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

Film-film yang menggambarkan perjuangan R.A Kartini

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

24 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

25 hari lalu

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

Potongan-potongan surat RA Kartini yang menunjukan perjuangan wanita

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

25 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

25 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya