Poster Teras Budaya. Puisi dan Politik: Ceramah dan Pembacaan Sajak Goenawan Mohamad
TEMPO.CO, Jakarta - Teras Budaya Tempo, yang mengetengahkan sajak-sajak Goenawan Mohamad, pada hari ini, Jumat, 19 Februari 2016, dibuka dengan musikalisasi puisi GM berjudul Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi oleh Reda Gaudiamo dan Ari Malibu. Puisi itu ditulis pada 1966.
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi Langit terlepas, ruang menunggu malam hari Kau berkata pergilah sebelum malam tiba Ku dengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat Di luar detik dan kereta telah berangkat Sebelum bait pertama, sebelum selesai kata Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu: sepi kita semula Bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela Mengekalkan yang esok mungkin tak ada
Setelah Reda dan Ari membawakan puisi itu, Goenawan, salah satu pendiri Tempo, berceramah. Pada ceramahnya dengan tema "Puisi dan Politik" itu, Goenawan menjelaskan perkembangan sajak di dunia dan hubungannya dengan politik.
"Dalam sejarah, puisi itu selalu punya problem dengan kekuasaan. Di zaman modern, banyak penyair dihukum di Uni Soviet. Mengapa itu terjadi? Itu yang akan kita bicarakan," ujar Goenawan, esais yang terkenal dengan Catatan Pinggir-nya.
Acara ini digelar di gedung Tempo, Palmerah Barat, Jakarta, dan bisa diikuti secara live melalui Periscope dan http://www.dailymotion.com/video/x3s5huk_live-dari-palmerah-sajak-sajak-goenawan-mohamad_news