Salah satu kawasan pemukiman di Aceh yang rata dengan tanah akibat diterjang tsunami, 3 Januari 2005. Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 telah memporak porandakan sebagian wilayah Aceh. Dok.TEMPO/Hariyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Para wartawan lintas organisasi dan komunitas di Banda Aceh berkumpul untuk berdoa kepada jurnalis yang menjadi korban tsunami sebelas tahun lalu.
Acara berlangsung di lokasi tempat wartawan biasa mangkal, Warung Sekber, Banda Aceh, Jumat malam, 25 Desember 2015.
Kegiatan tersebut juga dibarengi santunan kepada anak yatim dari wartawan dan makan bersama. Ada sebelas anak yatim yang disantuni. "Ini adalah cara wartawan Aceh mengenang sahabat, yang telah menjadi korban tsunami. Doa tak putus dari kami," kata Salman Mardira, ketua panitia.
Menurut dia, ada 27 wartawan di Aceh yang meninggal karena tsunami. Mereka meninggal saat bertugas setelah gempa besar mengguncang Bumi Serambi Mekah pada 26 Desember 2004. "Semangat mereka dan dedikasi mereka sangat besar terhadap jurnalisme. Mari semangat mereka kita pertahankan," kata Salman.
Agenda tersebut juga menjadi ajang silaturahmi sesama wartawan lintas organisasi, PWI, AJI, dan IJTI serta komunitas wartawan di Aceh lainnya. "Agenda-agenda seperti ini perlu terus dilakukan, agar kekompakan terjaga," kata Ali Raban, salah seorang wartawan senior di Aceh.
Sabtu, 26 Desember 2015, tepat sebelas tahun tsunami Aceh berlalu. Pemerintah dan masyarakat memperingatinya dengan sederhana, yakni berzikir dan doa di masjid dan tempat ibadah lainnya, santunan untuk anak yatim, dan pameran foto.
AJI dan Mahasiswa Kediri Gelar Mimbar Bebas Darurat Demokrasi
11 Februari 2024
AJI dan Mahasiswa Kediri Gelar Mimbar Bebas Darurat Demokrasi
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri bersama organisasi mahasiswa menggelar mimbar bebas bertajuk 'Darurat Demokrasi' di Kediri, Minggu, 11 Februari 2024.