Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto berjalan keluar ruangan seusai menjalani sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 7 Desember 2015. Sidang yang berlangsung tertutup tersebut berlangsung selama kurang lebih lima jam. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa Agung Muhammad Prasetyo memastikan suara dalam rekaman ‘papa minta saham’ yang pernah diperdengarkan di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan merupakan suara Setya Novanto, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, dan pengusaha minyak M. Riza Chalid.
"Itu hasil dari ahli IT, ahli suara ITB (Institut Teknologi Bandung)," katanya di Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan, Jakarta Selatan, Jumat, 18 Desember 2015.
Prasetyo mengatakan setelah adanya bukti tersebut, tim penyelidik akan minta keterangan ahli pidana untuk menetapkan unsur pidananya. Berikutnya, tim akan meminta keterangan ahli hukum tata negara dan ahli investasi asing. "Itu semua untuk mengetahui unsur-unsur pidananya apa saja, nantinya bisa dikenai pasal berapa saja," ujarnya.
Menurut Prasetyo, kejaksaan belum berencana meminta bantuan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri untuk memastikan pemilik suara dalam rekaman itu. Sebab, kata Prasetyo, keterangan ahli dari ITB sudah cukup. "ITB juga lembaga terpercaya dan bisa memberikan satu kepastian bahwa hasilnya positif," ujarnya.
Prasetyo menduga adanya percobaan korupsi dan pemufakatan jahat dalam kasus 'papa minta saham'. Dia mengatakan dalam kasus tersebut Setya Novanto berperan sebagai inisiator dan Riza Chalid menjadi penyokong dana fasilitas pertemuan di hotel Ritz-Carlton, Jakarta, 8 Juni lalu.
Meski telah mengantongi sejumlah fakta, Prasetyo mengaku tak mau gegabah menaikkan status hukum kasus Novanto ke tingkat penyidikan karena ada beberapa saksi yang belum dimintai keterangan, termasuk Novanto dan Riza sendiri.
"Jangan sampai kami dituntut di praperadilan karena dituding kurang alat bukti," kata Prasetyo. Kejaksaan belum menjadwalkan pemanggilan Novanto dan Riza. Apalagi, posisi Riza saat ini sedang di luar negeri. "Ibarat bubur panas, kami masih ambil pinggirannya dulu," katanya.