Setya Novanto menghadiri pertemuan Forum Pemred di Jakarta, 23 November 2015. Setya Novanto menyebutkan bahwa pertemuan terakhir menjadi awal mula pokok permasalahannya tentang pencatutan nama presiden dan wakil presiden serta dugaan permintaan saham ke PT Freeport. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto mengatakan tidak akan menuntut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said atas pelaporan terhadap dirinya ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). "Mungkin dia ada hal-hal lain, selesai ini, saya akan maafkan," kata Setya Novanto setelah menerima tamu dari Jepang, di Senayan, Selasa, 24 November 2015.
Setya menduga Sudirman Said telah lalai saat melaporkan dirinya dan mencuatkan kasus itu. "Saya tidak tahu background-nya, mungkin Pak Sudirman sedang lalai," katanya.
Ia pun mengaku enggan menjauh dari Sudirman atas kasus yang menyeret nama mereka berdua. Setya pun mempercayakan MKD untuk menyelesaikan kasusnya. "Saya percayakan semua pada MKD," katanya.
MKD memutuskan akan melanjutkan kasus dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla oleh Setya Novanto dalam pertemuan dengan bos PT Freeport Indonesia. Sebelumnya, MKD mempersoalkan kedudukan hukum Sudirman sebagai pelapor. Menurut MKD, Sudirman tak berhak melaporkan Setya lantaran posisinya selaku menteri.
Namun setelah mendapat penjelasan dari ahli linguistik mengenai pasal yang mengatur kedudukan hukum pelapor, MKD tak lagi mempermasalahkan persoalan tersebut. Sidang MKD selanjutnya akan digelar pada Senin, 1 Desember 2015. Nantinya sidang itu akan digelar terbuka dan tertutup tergantung substansi yang disidangkan.
Sebelumnya, Setya Novanto mengaku telah menyiapkan tim hukumnya untuk melaporkan balik Sudirman Said ke polisi. Setya mengatakan ia tidak pernah melakukan tindakan yang dituduhkan Sudirman Said.
“Saya sudah serahkan kepada tim lawyer saya untuk penanganannya, syarat-syaratnya, nanti saya percayakan semuanya kepada proses hukum,” kata Setya Novanto setelah menggelar pertemuan tertutup dengan para pemimpin redaksi media massa, di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Senin, 23 November 2015.