Pakualam Wafat, Roy Suryo: Beliau Orang Gemujeng  

Reporter

Sabtu, 21 November 2015 18:37 WIB

Jenazah Paku Alam IX dibawa masuk menuju tempat persemayaman di depan pendopo Pura Pakualaman, Yogyakarta, 21 November 2015. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kerabat Puropakualaman yang juga mantan Menteri Pemuda dan Olaharga era Kabinet Indonesia Bersatu, Roy Suryo, turut berduka atas wafatnya Wakil Gubernur DIY yang juga Raja Puro Pakualaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX pada Sabtu, 21 November 2015, RSUP Sardjito Yogyakarta.

Roy sendiri saat mendengar kabar wafat Paku Alam IX ini tengah berada di luar negeri. "Selaku mantan sekretaris panitia pada saat beliau Jumenengan (bertahta) dahulu, saya sangat berduka atas kejadian ini dan sedang berusaha untuk bisa balik ke Jakarta lalu Yogya (untuk melayat)," ujar Roy kepada Tempo, Sabtu, 21 November 2015.

Dalam kenangan Roy, Paku Alam IX sejak bertahta Mei 1999 silam merupakan pribadi yang sangat sederhana dan baik hati. Contoh kebaikan hati Paku Alam IX itu, kata dia, ketika berbagai 'serangan' dialamatkan ke alamarhum, namun dihadapi dengan senyum dan berpesan tetap rukun. "Serangan itu dihadapi dengan sikap gemujeng (ketawa) saja."

Catatan Tempo, kisruh di internal Puro Pakualaman mulai memanas sejak jelang disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012. Kala itu, saudara tiri Paku Alam IX, Kanjeng Pangeran Hario Angkingkusumo yang merupakan anak sulung dari lain ibu (istri Paku Alam VIII) menyatakan, tahta Pakualman seharusnya bukan untuk KPH Ambarkusumo. Melainkan dia yang lebih berhak karena menurut silsilah, ibu Anglingkusumo yang tertua karena berasal dari istri pertama Paku Alam VIII.

Posisi Raja Puropakualaman sendiri sangat strategis pasca Undang-Undang Keistimewaan disahkan di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Sebab, Raja Keraton dan Puro Pakualaman dijamin posisinya secara otomatis menduduki jabatan politis sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.

Tahun yang sama sebelum Undang-Undang U Keistimewaan disahkan, tiba-tiba pada awal 2012, Paku Alam IX menggelar prosesi penahbisan putra mahkota yang tak lain anak sulungnya, Raden Mas Wijoseno Hario Bimo yang bergelar Kanjeng Bendara Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo. Putra mahkota itu disepakati seluruh kerabat kecuali trah Anglingkusumo, untuk meneruskan dinasti kepemimpinan Kadipaten Pakualaman.

Kisruh internal di Puro Pakualaman itu sendiri disinyalir masih berlangsung sampai saat ini meski dengan skala yang jauh lebih mereda. Misalnya, Anglingkusumo yang sempat bagi-bagi gelar pada Oktober lalu meski dia bukan raja yang sah.

PRIBADI WICAKSONO.

Berita terkait

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

11 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

Penyair Joko Pinurbo meninggal pada usia 61 tahun karena sakit.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

17 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

20 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

57 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

8 Maret 2024

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

5 Maret 2024

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.

Baca Selengkapnya

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

5 Maret 2024

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

5 Maret 2024

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

22 Januari 2024

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.

Baca Selengkapnya