Pengadilan Rakyat 1965, KontraS: Pemerintah Jangan Reaktif

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Rabu, 11 November 2015 05:44 WIB

Suasana acara International People Tribunal untuk Tragedi 1965 di Den Haag, Belanda. TEMPO/Purwani Diyah Prabandari

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Advokasi dan Hak Sipil Politik Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Putri Kanisia mengatakan, pemerintah Indonesia tidak perlu reaktif dalam melihat International People’s Tribunal tentang tragedi 1965 di Den Haag, Belanda, "Pengadilan rakyat itu meskipun bentuknya seperti pengadilan umum, hasilnya adalah rekomendasi untuk pemerintah menindaklanjutinya," kata Putri di kantor KontraS, Jakarta, 10 November 2015.

Ia mengatakan bahwa rekomendasi akan diberikan pada pemerintah sebagai pihak yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya tragedi 1965. Pada 2012, katanya, Komnas HAM mengeluarkan surat kasus 1965 yang merupakan pelanggaran HAM berat. "Saat itu pemerintah tidak menindaklanjuti," ujar dia.

Ia mengatakan kalaupun pemerintah menganggap IPT ini mengulang masa lalu dan membangkitkan luka lama, ini menjadi cara negara untuk melihat masa lalu bahwa ada banyak korban dari insiden 1965. "Ini menjadi waktu untuk negara melakukan koreksi tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap pelanggaran HAM masa lalu," kata dia.

Ia mengatakan, negara tidak bisa mengabaikan IPT dan tidak perlu buru-buru mengatakan ini tindakan untuk mengulang masa lalu. "IPT ini menghasilkan rekomendasi yang diharapkan ditindaklanjuti pemerintah seperti membuka ruang rekonsiliasi bagi pemerintah," katanya.

Ia beranggapan, ketika pemerintah mengakui ada dugaan pelanggaran HAM masa lalu, ini menjadi tanggung jawab moral pejabat publik untuk melihat pelanggaran kasus masa lalu yang belum selesai. "Butuh kerendahan hati dari pemerintah mengakui kesalahan sehingga perlu ada rehabilitasi korban," katanya. (Lihat video Ungkap Peristiwa 1965 Pengadilan Rakyat Digelar Di Belanda)

Selain itu, ia mengatakan bahwa IPT muncul karena memang proses hukum di Indonesia terhadap korban tidak pernah direspons negara. "Tidak ada usaha dari pemerintah sehingga mungkin itu penyebab IPT dicetuskan," katanya.

"Empat hari ini jadi pembuktian apakah pelanggaran HAM berat benar terjadi. Pemerintah jangan sampai menganggap bahwa IPT ini sebagai penghukuman terhadap pelaku sehingga harus dihakimi dalam persidangan," ujar dia mengakhiri.

ARKHELAUS WISNU

Berita terkait

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

30 September 2022

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

Banyak buku yang diterbitkan dalam beragam versi membahas peristiwa G30S. Di antara buku itu ada Gestapu 65 PKI, Sjam, Bung Karno Nawaksara dan G30S.

Baca Selengkapnya