EKSKLUSIF: Suap Obat, Kader NU Ini Disebut Dapat Rp 400 Juta
Editor
Stefanus Teguh Edi Pramono
Kamis, 5 November 2015 05:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelusuran tim investigasi majalah Tempo menunjukkan praktek suap dari perusahaan obat kepada para dokter masih terjadi. Tempo mendapatkan dokumen PT Interbat, perusahaan obat yang masuk lima besar di Indonesia, yang berisi daftar dokter, apotek, dan rumah sakit yang diduga menerima duit dari perusahaan tersebut. (Baca: EKSKLUSIF: 2.125 Dokter Diduga Terima Suap Obat Rp 131 M)
Berdasarkan dokumen tersebut, pemberian dari Interbat tak hanya berupa duit, tapi juga barang. Ada pula dokter yang tercatat menerima keduanya. Salah satunya, berdasarkan dokumen tersebut, dokter penyakit dalam di Bojonegoro, Kholid Ubed. (Baca: EKSKLUSIF, Suap Dokter: Begini Akal-akalan Orang Farmasi)
Menurut dokumen tersebut, pada 13 Mei 2014, Kholid disebut menerima Rp 400 juta yang ditransfer langsung melalui rekening Noto Sukamto, pemilik Interbat. Duit itu disebut sebagai komitmen atau uang muka untuk peresepan obat selama setahun, mulai Mei 2014 hingga April 2015. Dokumen tersebut juga menyatakan Interbat mengucurkan duit Rp 25 juta guna membeli laptop Sony Vaio untuk anak Kholid. (Baca: Dokter Terima Duit, ICW: Itu Suap)
Kholid Ubed membantah isi dokumen tersebut. “Tidak benar itu, tidak ada (pemberian dari Interbat),” kata Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Bojonegoro tersebut. Dia juga membantah ihwal pembelian laptop Sony Vaio untuk anaknya. “Itu hanya isu belaka. Sejak dulu, sudah ada isu itu.” (Baca: Suap Obat, Dokter Teddy Sebut Semua Farmasi Sama)
Kholid mengaku tak terikat perjanjian dengan Interbat. Menurut dia, penulisan resep harus sesuai dengan indikasi dan bukan berdasarkan pesanan perusahaan obat. “Obat seseorang disesuaikan dengan kondisi penyakit,” ucapnya.
Direktur Utama Interbat Noto Sukamto menolak permintaan wawancara Tempo. Dia meminta pengacaranya, Pieter Talaway, menjawab pertanyaan tim investigasi Tempo. Ditemui di kantornya di Surabaya, Jumat dua pekan lalu, Pieter membantah Interbat menyuap dokter agar dokter meresepkan obat-obat produksi Interbat. “Dokter itu bukan orang bodoh. Mereka tunduk terhadap kode etik. Mereka tahu obat mana yang baik, dan itu yang dipakai. Komisi untuk para dokter itu nonsense,” ujar Pieter. (Baca: Diduga Suap Ribuan Dokter, Begini Jawaban Interbat)
TIM INVESTIGASI TEMPO
Baca juga:
Aktivis Diseret Fadli Zon ke PN, Gubernur Ganjar: Lawan!
Heboh Suap Dokter: Tiga Hal yang Mengejutkan