Pedagang Dompleng Demo di Istana, Minta Berjualan Lagi di Monas  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Sabtu, 12 September 2015 04:59 WIB

Demo di Istana oleh Solidaritas Nasional Pembela Indonesia. TEMPO/Rezki

TEMPO.CO , Jakarta - Pedagang kaki lima di sekitar Monas ikut unjuk rasa kelompok Solidaritas Nasional Pembebasan Indonesia di Istana. Mereka menuntut Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mundur dari jabatannya dan membolehkan untuk berjualan di kawasan Monas.

Menurut Angelo Wake Kako, koordinator lapangan, pemerintahan Jokowi-JK telah berjalan hampir setahun. Mereka menilai kebijakan pemerintah melenceng dari janji kampanyenya dulu. "Harga sembako naik, kegaduhan elite politik makin ramai, nilai tukar rupiah melemah, pemutusan hubungan kerja (PHK), penggusuran dan kebrutalan adalah konsikuensi logis yang harus ditanggung rakyat," ucap Angelo membacakan orasinya, Jumat 11 September.

Menurut Angelo, ketika PHK di dalam negeri marak pemerintah justru memberikan kesempatan kepada investor asing mambwa tenaga kerja asing. Demonstran berjalan kaki dari depan Gedung Dakwah Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya menuju Istana di Jalan Medan Merdeka Utara.





Pendemo juga menuntut pemerintah mengembalikan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Maksudnya, mereka menolak kebijakan ekonomi yang mengarah ke ekonomi liberal.


Sejumlah pedagang kaki lima ikut unjuk rasa ini. Idah Satuniati, salah satu pedagang, menuntut pemerintah menyediakan tempat berjualan di sekitar Monas. Menurutnya, saat ini ada 500-an pedagang kaki lima berjualan di luar Monas dengan lapak plastik. Ini di luar Pasar Lengang Jakarta.


"Kami hanya leluasa berjualan pada Sabtu-Minggu, yang dibatasi hanya mulai pukul 05.00-20.00 WIB," ucapnya. "Kalau melewati jam tersebut, kami diusir Satpol PP," kata perempuan 47 tahun ini mengeluh. Belum lama ini Gubernur DKI jakarta Basuki Tjahaja Purnama menertibkan pedagang kaki lima di areal Monas. Sebagian tidak diizinkan berdagang, sebagian yang lain mendapat areal berjualan di Pasar Lengang.

Menurutnya, sejak penertiban pedagang di kawasan Monas, penghasilan Idah dan pedagang lain turun drastis. "Pada Senin sampai Jumat, hanya mendapat Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu sehari. Kami terpaksa mencari pinjaman ke sana ke mari."


Advertising
Advertising

REZKI ALVIONITASARI

Berita terkait

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

14 jam lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

1 hari lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

2 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

3 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

6 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

11 hari lalu

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud) prediksi 5 skenario potensial putusan MK sengketa Pilpres 2024 yang akan di gelar Senin, 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Kelompok Pemantau Eopa: Pemilu Turki Belum Sepenuhnya Kondusif bagi Demokrasi

30 hari lalu

Kelompok Pemantau Eopa: Pemilu Turki Belum Sepenuhnya Kondusif bagi Demokrasi

Kelompok pemantau pemilu dari Dewan Eropa mengatakan lingkungan pemilu Turki masih terpolarisasi dan belum sepenuhnya kondusif bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Respons Bambang Widjojanto Soal MK Panggil 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres

30 hari lalu

Respons Bambang Widjojanto Soal MK Panggil 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres

Bambang Widjojanto menilai MK ingin sungguh-sungguh memeriksa setiap bukti dalam sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Ketika Ganjar dan Mahfud Md Kompak Berharap MK Selamatkan Demokrasi

36 hari lalu

Ketika Ganjar dan Mahfud Md Kompak Berharap MK Selamatkan Demokrasi

Mahfud Md berharap MK mengambil langkah penting untuk menyelamatkan masa depan demokrasi dan hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ganjar dan Mahfud Bakal Singgung Kemunduran Demokrasi di Sidang Sengketa Pilpres

36 hari lalu

Ganjar dan Mahfud Bakal Singgung Kemunduran Demokrasi di Sidang Sengketa Pilpres

Mahkamah Konstitusi menjadwalkan pemeriksaan pendahuluan kepada Ganjar dan Mahfud, hari ini, pukul 13.00 WIB.

Baca Selengkapnya