Sejumlah teknisi memperhatikan mesin baling-baling turboprop pada pesawat Hercules. Menurut Letnan Satu Harjo Saputra, Perwira Teknik Skadron 32 (kandang Hercules tipe B), Hercules mendapat pemeriksaan menyeluruh secara rutin tiap 50 jam terbang. Pemeriksaan juga dilakukan sebelum dan sesudah Hercules terbang, tanpa menunggu jadwal 50 jam. TEMPO/Abdi Purnomo
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan sudah menyusun rencana strategis untuk pemeliharaan dan perbaikan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Menurut dia, dana yang dianggarkan cukup besar.
"Rencana anggaran total TNI tahun 2016 mencapai Rp 101 triliun. Itu sudah dibagi ke dalam lima instansi, termasuk pemeliharaan alustista," kata Moeldoko seusai penandatanganan nota kesepahaman dengan Badan Keamanan Laut di Jakarta, Kamis, 2 Juli 2015.
Bahkan dana pemeliharaan dan perbaikan alutsista tak kalah besar dengan biaya pembelian. Alat militer TNI kini disinyalir banyak yang uzur. Salah satunya Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1310, yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, Selasa, 30 Juni 2015.
Moeldoko membantah TNI lalai dalam melakukan pemeliharaan. Hingga saat ini, pesawat-pesawat yang sudah uzur pun tetap dilakukan perawatan dengan baik. "Kami akan melakukan evaluasi menyeluruh. Proyeksi anggaran pemeliharaan itu yang jauh lebih penting," ujarnya.
Pesawat tersebut dipiloti Kapten Sandy Permana. Hercules nahas itu lepas landas dari Pangkalan Udara Suwondo, Medan, pukul 11.48 WIB. Namun, belum dua menit terbang, pilot bermaksud kembali mendaratkan pesawat di Lanud Suwondo. Diduga, terjadi masalah pada salah satu propeler.
Hercules itu hendak menuju Lanud Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dengan misi Penerbangan Angkutan Udara Militer. Akibat kecelakaan itu, setidaknya 122 orang tewas. Sebanyak 12 korban merupakan awak pesawat, sementara sisanya warga sipil.
Presiden Joko Widodo meminta secara khusus agar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Moeldoko melakukan perombakan secara mendasar dalam hal manajemen alutsista TNI.