Penduduk Yogyakarta Temukan Beras Diduga Beras Plastik  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Sabtu, 23 Mei 2015 13:06 WIB

Beras plastik dengan beras asli terlihat perbedaannya ketika sudah dimasak. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji

TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga Dusun Duwet, Karangwuni, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, Yogyakarta, mencurigai peredaran beras plastik atau sintetis di wilayahnya.

Seorang warga, Sunarmo, menuturkan kecurigaan itu berawal ketika ia dan istrinya, Murdiyah, mulai memasak beras yang mereka beli dari dusun tetangga pada awal Mei lalu. Sunarmo membeli 10 kilogram beras jenis C4 Super Rojo Lele yang pada kemasannya bertulis asal produksi Pati, Jawa Tengah.

"Niat saya hanya mencampur dengan beras merah lokal hasil panen. Tapi saat dimasak hasilnya berbeda, tidak seperti beras umumnya," ujar ayah tiga anak itu, Jumat petang, 22 Mei 2015.

Saat memasak beras itu dalam magic jar, beras itu seolah tak tanak seperti nasi normal seperti umumnya. Beras hanya menyisakan kerak dan banyak menempel di dinding magic jar. Beras pun juga dirasa cukup licin saat dicuci.

"Kemudian saya inisiatif coba membakar beras itu. Hasilnya menggumpal hitam seperti meleleh, tak menjadi abu seperti beras normal," ujar Sunarmo, yang dengan istrinya sudah telanjur memasak 5 kilogram beras yang mereka beli dengan harga Rp 9.600 per kilogram itu.

Sunarmo dan istrinya mengaku sudah memakan beras diduga sintetis itu setiap hari. Namun dia mengaku tak merasakan ada gangguan penceranaan berarti. "Hanya buang air besar beberapa hari terakhir memang agak susah, tapi istri baik-baik saja tak ada keluhan," ujarnya.

Sunarmo mengaku baru sekali ini membeli beras dengan kualitas super meskipun ia sendiri petani dengan fokus menanam beras merah khas Gunungkidul.

Sunarmo baru tergerak mengadukan pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi setempat setelah melihat gencarnya pemberitaan televisi soal beras sintetis.

Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan ESDM Kabupaten Gunungkidul Supriyadi yang mengecek langsung laporan warga itu mengaku ragu jika beras diduga plastik itu benar.

"Memang harus uji lab untuk tahu pasti, tapi dari ciri fisiknya saja kami simpulkan ini beras normal. Warga mungkin yang terlalu khawatir akibat isu itu," ujar Supriyadi kepada Tempo.

Sejumlah tes fisik dan pengamatan dilakukan Disperindagkop Gunungkidul. Pertama dengan mengambil bulir-bulir beras diduga sintetis dan coba menseterikanya beberapa saat. "Tak ada beras menempel atau leleh saat diseterika, hanya menguning," ujar Supriyadi.

Jika beras meleleh dan menggumpal hitam saat dibakar warga yang curiga, Supriyadi pun menyatakan cara uji pembakaran beras oleh warga tak bisa jadi jaminan. "Karena warga bakarnya pakai batok kelapa, ya jelas menghitam dan menggumpal. Uji bakar di lab pakai pipet," ujarnya.

Kemudian dengan uji air. Beras plastik jika ditempatkan di air maka dari mengapung lama kelamaan akan tenggelam. "Kelihatan hasil panen tak sempurna dan campuran, jadi sementara kami simpulkan bukan beras sintetis," ujar Supriyadi.

Supriyadi pun sudah mengecek pada kesehatan warga dan tak menemukan gejala mengkhawatirkan usai mengkonsumsi beras itu. "Tapi demi kepastiannya kami tetap uji lab pekan depan. Ini masih kesimpulan awal," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

17 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

21 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

57 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

8 Maret 2024

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

26 Februari 2024

Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

Kutu beras biasa ditemukan pada tanaman di ladang sebelum panen, namun biasanya baru terlihat beberapa waktu kemudian, setelah pengolahan.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya