Menteri Tjahjo Menolak Hapus Sabda Raja Yogya

Reporter

Kamis, 14 Mei 2015 05:35 WIB

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, diangkat sebagai putri mahkota Kesultanan Yogyakarta. Pengangkatan ini diresmikan lewat Sabda Raja di Siti Hinggil, Keraton Yogyakarta, 5 Mei 2015. Wikipedia.org

TEMPO.CO , Jakarta - Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri Dodi Riyadmadji menyatakan Menteri Tjahjo Kumolo menolak permintaan adik Sri Sultan Hamengku Bawono X untuk membatalkan Sabda Raja I dan II. Alasannya, keputusan Sultan Yogya itu aturan internal keraton.

"‎Menteri Tjahjo menjawab, sabda itu adalah aturan internal keraton. Instrumen hukum apa yang bisa digunakan pemerintah pusat untuk ikut campur," kata Dodi, Rabu, 13 Mei 2015.

Sultan mengeluarkan Sabda Raja I soal perubahan namanya dan Sabda Raja II soal pengangkatan putri pertamanya jadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram. Kata Buwono menjadi Bawono.

Dodi menyatakan, pemerintah pusat tak akan ikut campur dalam persoalan suksesi tahta raja di Kesultanan Yogyakarta. Pemerintah berharap, proses suksesi dapat dilakukan dengan tenang dan baik, tanpa memicu dinamika di masyarakat.

Menurut Dodi, protes yang diajukan beberapa saudara Sultan didasarkan pada rasa tak terima atas pengangkatan Pembayun seolah jadi putri mahkota. Pasalnya, beberapa adik memiliki kesempatan meneruskan tahta Sultan Hamengku Buwono X yang tak memiliki keturunan laki-laki.

Dodi juga menyatakan, pengangkatan anak sulung sebagai pengganti Sultan HB X akan memiliki konsekuensi sendiri dalam hal peraturan. Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta hanya mencantumkan jabatan gubernur diampu raja atau sultan yang bertahta. "Kalau ratu, tentu harus ada penyesuaian. Seperti apa nantinya masih harus dilihat lagi," kata dia.

Pemerintah, menurut Dodi, memahami Sabda Raja sebagai aturan yang didasarkan pada kebijakan lokal atau wahyu di lingkungan keraton. Pemerintah juga tak dapat memprediksi soal apa yang akan terjadi setelah Sultan mengubah nama Pembayun. "Kami memahaminya dengan slow saja. Tentu ada masalah, tapi harus disikapi dengan bijak," kata dia.

FRANSISCO ROSARIANS‎

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

10 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

18 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

44 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

50 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

50 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

51 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya