NU dan Muhammadiyah Protes Sabda Raja Yogya

Reporter

Kamis, 7 Mei 2015 07:16 WIB

Putri Sri Sultan Hamengkubuwono X (dari kiri); GKR Condro Kirono, GKR Pembayun, dan Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nur Astuti Wijareni, di Dalem Yudhaningratan Yogyakarta, 4 Oktober 2010. GKR Pembayun lahir di Bogor, 24 Februari 1972 adalah putri pertama Sultan dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Dok.TEMPO/ Arif Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta – Sabda Raja Sultan Hamengku Buwono X tak hanya menuai pro dan kontra di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Di luar lingkungan keraton, organisasi masyarakat Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama ikut angkat bicara, kemarin.

Kedua ormas Islam besar itu menyayangkan dan mencemaskan penguasa Keraton Yogyakarta yang mengubah gelar “Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat”.

“Penghapusan gelar pemimpin agama itu praktis mengubah pakem Keraton Yogya yang selama ini beridentitas sebagai Kerajaan Mataram Islam,” ujar Ketua Muhammadiyah Kota Yogyakarta Heni Astiyanto kepada Tempo, kemarin.

Menurut dia, Sultan tak perlu menghapus gelar khalifatullah itu jika tujuannya untuk memodernisasi nilai dalam keraton. Jabatan khalifatullah, kata dia, secara harafiah tak merujuk bahwa Sultan hanya sebagai pemuka untuk umat Islam semata. “Khalifatullah memiliki arti pemimpin yang mengatur bumi, bukan pemimpin agama tertentu saja,” ujar Heni.

Dia juga menambahkan, jika gelar itu dihapus, berarti ada raja baru. “Tapi dari kerajaan mana? Wong Keraton Yogya itu Mataram Islam.”

Heni menegaskan, Muhammadiyah sangat menghargai nilai tradisi dalam keraton. Tapi jika Sultan H.B. X ingin memunculkan paradigma baru lewat Sabda Raja, dia berharap tak menabrak pakem dan ideologi tradisi yang sudah dijaga bersama selama ini. “Tradisi keraton itu sudah baik, tak perlu diubah lagi dan membingungkan masyarakat,” ujar dia.

Keputusan Sultan mengangkat putri sulung G.K.R. Pembayun menjadi putri mahkota termasuk yang dinilai Heni menabrak adat keraton itu. “Kami tak setuju (raja perempuan), bukan bicara soal kesetaraan namun pakem adatnya,” ujar dia.

Wakil Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Yogyakarta Jadul Maulana juga khawatir penghilangan gelar khalifatullah membuat Keraton Yogya mengalami disorientasi. Menurut dia, khalifatullah menjadi satu bagian utuh ajaran Al-Quran. “Bukan untuk tujuan diskriminatif, tapi membimbing pemimpin agar bisa menjalankan perilaku sesuai ajaran Allah. Ini sifatnya universal,” ujar Jadul.

Jadul menilai, jika Sultan H.B. X menghilangkan gelar khalifatullah, itu sama saja dengan bunuh diri kebudayaan. Dia menuturkan kekhalifahan di Keraton Yogya seumur dengan kehalifahan yang pernah hidup di dunia berabada-abad silam, seperti di India dengan Kekhalifahan Mughal dan Shalafiyah di Iran yang kini sudah punah.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Pengamat: Polemik Sultan HB X dengan Adiknya Berbahaya bagi Keraton Yogya

24 Januari 2021

Pengamat: Polemik Sultan HB X dengan Adiknya Berbahaya bagi Keraton Yogya

Bayu khawatir polemik internal Keraton Yogya yang mencuat dengan kasus pemecatan dua adik Sri Sultan HB X berkepanjangan

Baca Selengkapnya

Dipecat dari Keraton, Yudhaningrat: untuk Muluskan Suksesi Putri Sultan HB X

24 Januari 2021

Dipecat dari Keraton, Yudhaningrat: untuk Muluskan Suksesi Putri Sultan HB X

GBPH Yudhaningrat, menilai pemecatan dirinya dari jabatan struktural Keraton sebagai satu jalan memuluskan calon pengganti Sultan HB X di masa depan

Baca Selengkapnya

Dituding Makan Gaji Buta, Adik Sultan HB X: Honor Hanya Cukup untuk Makan Kuda

23 Januari 2021

Dituding Makan Gaji Buta, Adik Sultan HB X: Honor Hanya Cukup untuk Makan Kuda

Yudha sempat menjabat dua jabatan struktural di Keraton sebelum dipecat Sultan HB X, yakni Penggedhe Parwa Budaya dan Kridho Mardawa.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Pecat Adik Tiri, Pengamat: GKR Mangkubumi Makin Dominan

23 Januari 2021

Sultan HB X Pecat Adik Tiri, Pengamat: GKR Mangkubumi Makin Dominan

Nyarwi Ahmad, menilai Sultan HB X memberhentikan dua adik tirinya dari jabatan di Keraton menjadikan posisi putrinya makin dominan.

Baca Selengkapnya

Pecat 2 Adik dari Jabatan Keraton, Sultan HB X: Masak 5 Tahun Makan Gaji Buta

21 Januari 2021

Pecat 2 Adik dari Jabatan Keraton, Sultan HB X: Masak 5 Tahun Makan Gaji Buta

Sultan HB X mengatakan memecat kedua adiknya karena sudah tak aktif di keraton. Bukan karena Sabda Raja.

Baca Selengkapnya

Dipecat dari Keraton Yogya, Adik Sultan HB X: Ini Buntut Soal Sabda Raja

20 Januari 2021

Dipecat dari Keraton Yogya, Adik Sultan HB X: Ini Buntut Soal Sabda Raja

Adik Sultan HB X menyebut surat pemecatan dirinya dan adiknya dari Keraton Yogyakarta tidak sah.

Baca Selengkapnya

Putri Sultan HB X Sebut Pemecatan 2 Pamannya karena Menolak Bertugas Sejak 2015

20 Januari 2021

Putri Sultan HB X Sebut Pemecatan 2 Pamannya karena Menolak Bertugas Sejak 2015

Putri kedua Sultan HB X, GKR Condrokirono membantah pencopotan dua pamannya dari jabatan strategis Keraton Yogya tanpa sebab.

Baca Selengkapnya

Keraton Yogya Soal Pemecatan Adik Sultan HB X: Bukan Dipecat, Tapi Diganti

20 Januari 2021

Keraton Yogya Soal Pemecatan Adik Sultan HB X: Bukan Dipecat, Tapi Diganti

Keraton Yogyakarta memberikan penjelasan ihwal isu pemecatan dua adik tiri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Ingatkan Masyarakat Hati-hati Pilih Biro Umrah

3 Maret 2018

Sultan HB X Ingatkan Masyarakat Hati-hati Pilih Biro Umrah

Sultan HB X juga mengingatkan kepada biro umrah agar tidak menyalahgunakan kepercayaan calon jemaah umrah yang memanfaatkan jasanya.

Baca Selengkapnya

KPK Ingatkan Sri Sultan HB X Ada 192 Laporan Korupsi di DIY

1 Maret 2018

KPK Ingatkan Sri Sultan HB X Ada 192 Laporan Korupsi di DIY

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengingatkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X tentang adanya laporan korupsi di DIY.

Baca Selengkapnya