Akademikus Dukung Jokowi Bentuk Kementerian Maritim

Reporter

Editor

Budi Riza

Kamis, 25 September 2014 10:34 WIB

Jokowi. TEMPO/Aditia noviansyah

TEMPO.CO, Semarang - Guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang, Johannes Hutabarat, setuju jika pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla membentuk Kementerian Koordinator Maritim. Menurut dia, Kementerian Koordinator Maritim akan efektif bertanggung jawab mengelola kebijakan perihal dunia bahari.

"Kementerian Koordinator Maritim itu sangat vital membawahi 18 kementerian yang saling terkait dengan dunia laut, keamanan, tertorial, serta ekonomi," kata Johannes Hutabarat saat ditemui di kantornya, Kamis, 25 September 2014. (Baca: Ini Kriteria Menteri Versi Jokowi)

Secara umum, kementerian itu tidak hanya akan menangani persoalan perikanan dan sumber daya maritim, namun juga keamanan, batas wilayah laut, bea cukai, dan banyak hal lain yang selama ini menjadi tanggung jawab sejumlah kementerian lain. (Baca: Jokowi Seleksi 40 Profesional untuk Masuk Kabinet)

"Termasuk aturan batas laut di tingkat kabupaten dan provinsi serta negara. Juga menyangkut pemanfaatan barang temuan sisa kapal tenggelam yang selama ini belum konkret dibahas," kata Johannes.

Perlunya kementerian koordinator khusus yang terkait dengan dunia samudra itu akan lebih mensinergikan banyak persoalan yang saat ini dihadapi negara dan mempengaruhi perekonomian rakyat. (Baca: KPK Tunggu Jokowi Serahkan Daftar Calon Menteri)

Mantan Ketua Forum Dekan Perikanan dan Kelautan Indonesia yang saat ini menjadi Ketua Himpunan Ahli Pesisir Indonesia itu sebenarnya sudah menjelaskan pentingnya keberadaan Kementerian Koordinator Maritim kepada mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri. Rokhmin saat ini menjadi pengurus DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai yang mengusung Jokowi sebagai calon presiden.

Pendapat Johannes itu sengaja dia sampaikan saat menanggapi rencana pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla mengganti Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadi Kementerian Koordinator Maritim.

Di sisi lain, Johannes berpendapat, likuidasi Kementerian Kelautan dan Perikanan serta menempatkan sektor perikanan ke Kementerian Pangan akan mempersempit wilayah kerja sektor tersebut, yang sebenarnya sedang dikembangkan sebagai salah satu penggerak utama ekonomi nasional.

"Dalam waktu tiga hingga empat tahun, kementerian maritim yang direncanakan itu akan sibuk menata organsiasi struktur pusat hingga sinkronisasi di daerah. Malah tak kerja nanti," kata Johannes.

Johannes menegaskan, usul pembentukan Kementerian Koordinator Maritim itu tak akan menghambat upaya Jokowi menggagas berdirinya kementerian yang rencananya banyak digunakan untuk menopang sektor jasa, tranportasi, dan akses ekonomi Indonesia timur.

EDI FAISOL

Berita lain:

FPI Minta Ahok Jaga Mulut
Wartawati Tempo Dilecehkan Simpatisan FPI
Soal Gantung Diri di Monas, Anas: Siapa Bilang?
Adnan Buyung: Jaksa Penuntut Anas Bodoh

Berita terkait

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

17 menit lalu

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

Jokowi resmi mengganti sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan dengan sistem kelas rawat inap standar (KRIS). Apa perbedaannya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

27 menit lalu

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

Presiden Jokowi menyatakan Indonesia siap untuk melanjutkan kerja sama baik dengan Singapura.

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Kunjungan Gubernur Jenderal Australia pada Pagi Ini

1 jam lalu

Jokowi Terima Kunjungan Gubernur Jenderal Australia pada Pagi Ini

Gubernur Jenderal Australia menjadikan pertemuan dengan Jokowi sebagai bagian rangkaian untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ini Peserta BPJS Kesehatan yang Tak Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Airlangga soal Target Prabowo Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

14 jam lalu

Terkini: Ini Peserta BPJS Kesehatan yang Tak Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Airlangga soal Target Prabowo Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan mulai tahun depan menjadi sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS).

Baca Selengkapnya

PDIP Tak Undang Jokowi di Rakernas

15 jam lalu

PDIP Tak Undang Jokowi di Rakernas

PDIP tidak mengundang Presiden Jokowi dalam acara Rakernas IV. Djarot Saiful Hidayat mengungkap alasannya.

Baca Selengkapnya

Kriteria Peserta BPJS Kesehatan yang Tidak Bisa Naik Kelas Rawat Inap

17 jam lalu

Kriteria Peserta BPJS Kesehatan yang Tidak Bisa Naik Kelas Rawat Inap

BPJS Kesehatan diubah menjadi sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS). Ini daftar peserta BPJS Kesehatan yang tidak bisa naik kelas rawat inap.

Baca Selengkapnya

Pesan Jokowi saat Terima Pengurus GP Ansor di Istana

18 jam lalu

Pesan Jokowi saat Terima Pengurus GP Ansor di Istana

Sejumlah topik dibahas dalam pertemuan Jokowi dan GP Ansor.

Baca Selengkapnya

Pemerintahan Jokowi Targetkan Indonesia Masuk OECD dalam Tiga Tahun

20 jam lalu

Pemerintahan Jokowi Targetkan Indonesia Masuk OECD dalam Tiga Tahun

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, yang bertugas sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Keanggotaan OECD, tengah merancang memorandum.

Baca Selengkapnya

Jokowi Hapus Pembagian Kelas BPJS Kesehatan, YLKI: Menguntungkan Asuransi Swasta

21 jam lalu

Jokowi Hapus Pembagian Kelas BPJS Kesehatan, YLKI: Menguntungkan Asuransi Swasta

YLKI menilai langkah Presiden Jokowi menghapus pembagian kelas BPJS Kesehatan hanya akan menguntungkan perusahaan asuransi swasta.

Baca Selengkapnya

Indonesia 'Ngotot' Masuk OECD, Apa Untungnya?

21 jam lalu

Indonesia 'Ngotot' Masuk OECD, Apa Untungnya?

Presiden Jokowi menggelar rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis untuk membahas roadmap atau peta jalan menjadi anggota OECD.

Baca Selengkapnya