Terdakwa kasus dugaan suap pengurusan sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah di Mahkamah Konstitusi (MK), Hambit Bintih. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa kasus suap sengketa pemilihan kepala daerah di Mahkamah Konstitusi Hambit Bintih mengaku menyuap Akil Mochtar, yang kala itu masih menjabat Ketua MK. Ia membenarkan bahwa duit Rp 3 miliar diberikan agar Akil menolak gugatan yang diajukan oleh lawannya.
"Iya," katanya saat menjawab pertanyaan jaksa waktu menjalani pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis, 20 Februari 2014.
Hambit mengatakan berniat menyuap Akil lantaran lawannya dalam pemilihan bupati Gunung Mas, Jaya Samaya Monong, mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Jaya menggugat keputusan Komisi Pemilihan Umum yang memenangkan Hambit dan pasangannya, Arton S. Dohong, sebagai Bupati dan Wakil Bupati Gunung Mas terpilih.
Hambit khawatir gugatan Jaya itu dimenangkan oleh MK. Soalnya, Jaya bersaudara dengan Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang. Menurut Hambit, Teras merupakan kawan Akil karena pernah sekomisi bersama di DPR.
Ia kemudian meminta bantuan politikus Golkar, Chairun Nisa. Nisa mengatakan Akil meminta Rp 3 miliar. Untuk memenuhi permintaan itu, Hambit meminjam uang kepada Komisaris PT Berkala Maju Bersama, Cornelis Nalau Antun, yang merupakan saudaranya. Cornelis dan Nisa kemudian dicokok oleh penyidik KPK saat akan menyerahkan uang tersebut.