Petugas mengikat dan menyegel sekoci penyelamat berwarna oranye yang digunakan Australia untuk mengirim kembali imigran gelap ke Indonesia di Pantai Timur Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (7/2). 34 imigran asal Iran, Pakistan, dan Bangladesh yang berada dalam sekoci berhasil diamankan petugas saat terdampar di Pangandaran. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Ketahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanuddin menyesalkan tindakan pengusiran imigran gelap dari wilayah perairan Australia ke Indonesia. Dia beralasan, tindakan ini melanggar hak asasi manusia dan konvensi internasional tentang perlindungan imigran. Pengusiran, kata dia, juga dapat menimbulkan ketegangan politik antara dua negara.
"Tak mustahil menjadi konflik militer antara dua negara bila Australia terus-terusan melakukan provokasi dengan mengembalikan para imigran ke Indonesia," kata Hasanuddin melalui pesan pendek yang dikirim, Sabtu, 8 Februari 2014. Alasannya, Indonesia bukan negara asal imigran gelap yang ingin menuju Australia.
Hasanuddin menuturkan seharusnya Australia mencari solusi yang lebih tepat yakni melakukan kordinasi dengan negara-negara yang dilintasi seperti Indonesia , Singapura , Malayasia. Sedangkan negara asal semisal Irak , Afgan dan Pakistan harus dilibatkan. United Nations High Commissioner for Refugees atau Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi juga dimintai pertimbangan.
Australia, ujar Hasanuddin, sebaiknya meniru langkah Indonesia ketika menghadapi imigran gelap. "Tahun 1975 hingga 1980-an, Indonesia pernah menerima ratusan ribu imigran gelap dari Vietnam," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini. Limpahan imigran dari Vietnam itu diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan ketegangan di kawasan ini .
Sebagian imigran terdampar di kawasan pantai selatan, seperti Pelabuhan Ratu dan Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Deputi V Bidang Koordinasi Keamanan Nasional Kementerian Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan Bambang Suparno mengatakan kasus imigran gelap membuat pemerintah Australia geram kepada Indonesia.