Cara Polisi Bredel "Tubuh Mati" Bikin Gusar Seniman
Reporter
Editor
Sabtu, 11 Desember 2004 13:48 WIB
TEMPO Interaktif, Solo:Setelah sempat diperiksa hampir selama sepuluh jam di Mapolresta Solo, perupa Suryo Indratno akhirnya dilepaskan. Puluhan lukisan bergambar palu-arit yang dipergunakan untuk melengkapi karya seni instalasi "Tubuh Mati" yang dipamerkan dalam rangka memperingati Hari HAM sedunia, yang pada hari Jumat (10/12), disita juga dikembalikan. Hanya saja polisi melarang karya seni tersebut kembali dipasang dalam pameran bertemakan "Selamatkan Solo dengan Kesenian" yang rencananya akan berlangsung sampai Sabtu (16/12). "Saya diperbolehkan pulang dan karyanya dikembalikan tetapi dengan syarat tidak boleh dipajang lagi selama pameran. Alasan yang disampaikan kepada saya, polisi khawatir karya itu bisa menimbulkan gesekan karena lukisan saya sensitif," kata Suryo Indratno kepada Tempo, Sabtu (11/12).Suryo mengaku belum bisa bersikap apakah menerima pelarangan dari pihak kepolisian tersebut. Menurut dia, saat ini dirinya bersama sejumlah seniman di Solo masih mendiskusikan peristiwa "pembreidelan" karya seni yang dipajang di Galeri Balai Sudjatmoko itu. Menurut Suryo, saat dirinya bersama panitia pameran, G. Ayu dan pihak pengelola galeri diperiksa, awalnya polisi sempat mempertanyakan soal perijin pameran."Saya baru akan mengambil keputusan apakah akan tetap memasang kembali karya instalasi "Tubuh Mati" atau juga langkah-langkah lainnya atas pelarangan yang dilakukan polisi itu, setelah saya bertemu dan berdiskusi dengan teman-teman seniman,"katanya.Secara pribadi, Suryo menyatakan tidak bisa menerima pelarangan karya seni dengan alasan apapun. Menurutnya, gambar palu arit yang dipajang tidak bisa diartikan sebagai bendera partai komunis semata. Dia justru bermaksud untuk mengingatkan kembali kekusutan sejarah tahun 1965 yang oleh semua pihak diakui belum jelas benar. "Saya khawatir cara yang dilakukan aparat ini bentuk lain dari untuk menekan kebebasan bereskpresi dan berkreasi para seniman. Apalagi ketika karya itu dicopot, petugas juga tidak menunggu pemiliknya datang terlebih dahulu,"ujarnya.Imron Rosyid