TEMPO.CO, Jakarta - Calon Direktur Jenderal Pemasyarakatan Gunarso mengkritik cara Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana saat datang ke Lembaga Pemasyarakatan Pekanbaru tahun lalu. Menurut Inspektur Wilayah I itu, Denny menyalahi prosedur lantaran datang tengah malam.
"Bapak mau menangkap napi terkait narkoba waktunya malam sebetulnya tidak bisa masuk begitu saja karena ada prosedur dan berjalan tiap tahun," katanya saat menjawab pertanyaan anggota panitia seleksi, Abdullah Hehamahua, di gedung Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kamis, 27 September 2013.
Terlebih, kata dia, Denny kemudian membawa napi itu. Padahal, kata dia, untuk membawa tahanan harus ada dasar sesuai aturan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. "Ancaman hukumannya 4 tahun kalau tanpa dasar," ujarnya.
Gunarso membenarkan tindakan petugas lapas yang melarang Denny untuk masuk. Sebab, menurut dia, mereka memang menjalankan prosedur.
Meski tak sreg dengan cara Denny, Gunarso mengatakan tak menyampaikannya kepada atasannya itu. Ia pun menyebutkan kedatangan Denny ke lapas tengah malam itu bukan merupakan inspeksi mendadak maupun kunjungan. "Itu operasional, mau ambil warga binaan," katanya.
Gunarso sendiri agak gugup saat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Soalnya, Denny yang merupakan ketua panitia seleksi ada di barisan pewawancara. "Mohon maaf, kalau menurut saya apa yang dilakukan Pak Wamen semua benar. Cuma ada sesuatu yang kurang terkait dengan strategi," kata Gunarso sebelum menjawab pertanyaan. (Baca: Ini 10 Calon Dirjen Lapas yang Lolos Tes Tulis)
Soal sidak Denny ke Lapas Pekanbaru pada Senin 2 April 2012 dini hari sempat rampai diberitakan lantaran Denny dikabarkan menampar seorang sipir karena tak memperbolehkannya masuk. Sidak gabungan antara Kementerian Hukum dan Badan Narkotika Nasional ini membawa tiga narapidana dan satu sipir.
Kemenkumham selama 10 tahun terakhir menelurkan berbagai program untuk mengungkit kesadaran akan Hak Kekayaan Intelektual. Termasuk perjuangan di kancah global demi pengakuan dunia.
