TEMPO.CO, Jakarta -Komisi Pemberantasan Korupsi menanggapi positif rilis terbaru menyangkut indeks korupsi global yang dikeluarkan oleh Transparansi Internasional. Komisi antikorupsi menilai ada beberapa hal yang menyebabkan indikasi korupsi di beberapa institusi tinggi.
"Seleksi CPNS yang masih bau anyir, suap ratusan juta per orang dan faktor titipan bos," kata Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, Rabu, 10 Juli 2013. Sistem seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) atau promosi jabatan yang beraroma calo, disebut Busyro sebagai pintu gerbang rusaknya birokrasi jangka panjang. "Ini penyumbang terbesar SDM Korup," ujar Busyro.
Menurut Busyro, semakin menguatnya nepotisme, oligarkhi, dan politik dinasti keluarga yang juga merupakan penyumbang kerusakan birokrasi. "Karena mereka kemudian masuk ke jabatan publik, termasuk DPR," katanya.
Selanjutnya, tidak terdidiknya masyarakat dalam penyadaran politik dan demokrasi yang menjadi faktor yang memperkuat korupsi. Ke depan, kata Busyro, akan bertambah parah setelah Undang-undang Organisasi Masyarakat dipaksakan oleh pemerintah dan DPR. "Karena kebebasan kritis rakyat dikontrol ketat, termasuk kebebasan mengontrol praktik korupsi, terutama korps politik yang semakin ganas," katanya.
Dalam kondisi seperti ini, menurut Busyro, kekuatan masyarakat sipil justru harus diperkuat dengan pendidikan politik kritis, seraya membangun budaya anti korupsi berbasis keluarga."Namun konsep keluarga harus diluruskan sebagai penyemaian pemimpin visioner, bukan sekedar mendidik anak pintar tetapi lemah moral, yang ujungnya menjadi penipu dan penggangsir harta rakyat," ujar Busyro.
Sebelumnya, rilis indeks korupsi global yang dikeluarkan Transparansi Internasional menyebutkan Kepolisian, partai politik, parlemen, lembaga peradilan, dan PNS sebagai institusi paling korup di Indonesia.
FEBRIANA FIRDAUS
Berita terkait
Kejaksaan Usut Dugaan Korupsi APBN di Dinas Tanaman Pangan Sumut
4 Juli 2020
Korupsi dalam proyek pengadaan tersebut diduga merugikan APBN sebesar Rp 24 miliar dan APBD Sumut Rp 4 miliar.
Baca SelengkapnyaTito Karnavian: Penindakan Korupsi Tak Boleh Fokus Hanya pada OTT
26 Oktober 2017
Tito Karnavian mengatakan penanganan kasus korupsi tak boleh berfokus pada penindakan hasil operasi tangkap tangan.
Baca SelengkapnyaKasus Suap Pembahasan Anggaran, KPK Periksa Mantan Anggota DPR
30 Mei 2017
KPK kembali memeriksa anggota Komisi Pemerintahan Dalam Negeri DPR 2009-2014 Charles Jones Mesang dalam kasus suap pembahasan anggaran.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua KPK Saut Situmorang: Korupsi Itu Setan
30 Maret 2017
Saut meminta upaya pencegahan tindak pidana korupsi dilakukan terus-menerus terhadap pejabat pemerintah.
Baca SelengkapnyaKasus E-KTP, Alasan KPK tidak Pakai Pasal Penyuapan
21 Maret 2017
Ada indikasi kerugian negara sekitar Rp 2,3 triliun.
Baca SelengkapnyaSerangan Balik Pasca Kasus e-KTP, Pukat: Perlu Penguatan KPK
19 Maret 2017
Hifdzil mengatakan ada upaya melemahkan KPK lewat revisi UU KPK.
Baca SelengkapnyaDirektur PT Merial Esa Didakwa Menyuap Pejabat Bakamla
13 Maret 2017
Pengusaha Ali Fahmi menawari terdakwa "bermain" proyek di Bakamla. Imbalan memenangkan proyek itu sebesar 15 persen dari nilai pengadaan.
Baca SelengkapnyaDana Sosialisasi Asian Games Dikorupsi, Ini Kata Puan Maharani
7 Maret 2017
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, yang termasuk dalam panitia Asian Games 2018 sudah mendengar soal korupsi dana sosialisasi AG.
Baca SelengkapnyaJaksa Sidik Dugaan Korupsi Proyek Jalan Rp 42 M di Sulteng
17 Februari 2017
Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah meningkatkan status dugaan korupsi proyek jalan senilai Rp 42 miliar di Kabupaten Sigi, ke tahap penyidikan.
Baca SelengkapnyaJokowi Sindir Emirsyah Satar di Pertemuan Direksi BUMN
25 Januari 2017
Jokowi meminta namanya tidak dibawa-bawa untuk kepentingan pribadi terutama untuk mendapatkan proyek.
Baca Selengkapnya