TEMPO.CO, Garut - Ratusan guru berstatus pegawai negeri di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat protes karena gaji mereka belum dibayarkan. Padahal, berdasarkan ketentuan, gaji tersebut dibayarkan setiap awal bulan atau tanggal 1. Puluhan perwakilan guru yang belum menerima gaji tersebut mendatangi kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Garut Kota, pada Senin, 8 April 2013. "Keterlambatan ini bukan yang pertama kali," ujar Pendi, seorang guru sekolah dasar di Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Garut Kota.
Menurut dia, keterlambatan pembayaran gaji ini telah terjadi sejak Desember tahun lalu. Setiap bulan para guru baru menerima gaji satu pekan setelah tanggal 1. Padahal, seharusnya gaji diterima setiap awal bulan.
Tak hanya itu, puluhan guru di 13 sekolah dasar juga tidak menerima gajinya dengan utuh pada Desember tahun lalu. Pemotongan gaji itu tanpa ada alasan yang jelas, baik dari pihak sekolah maupun bendahara Dinas Pendidikan Kecamatan yang membagikan gaji para guru.
Akibat kondisi ini, kata Pendi, kondisi perekonomian para guru terganggu. Banyak di antara mereka yang terpaksa meminjam uang untuk menutupi kebutuhan hidupnya.
Guru lainya, Ateng, mengungkapkan jumlah guru yang belum mendapat gaji pada bulan ini sebanyak 400 orang. Mereka tersebar di 71 sekolah dasar negeri di Kecamatan Garut Kota. Gaji tiap guru setiap bulannya berkisar Rp 2,5-4,5 juta. "Kondisi ini bisa berakibat terhadap ujian nasional, karena para guru tidak samangat untuk mengajar," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Mahmud, membenarkan kabar keterlambatan pemberian gaji guru. Keterlambatan itu diakibatkan adanya guru yang meminjam uang ke bank melebihi pendapatannya. Akibatnya, itu mengganggu pemberian gaji kepada guru lainnya. Tapi ia menyatakan tak ada pemotongan. "Tidak ada pemotongan dari kecamatan. Ini menyangkut nasib orang. Pasti saya sudah memecatnya kalau ada pemotongan," ujar Mahmud.
Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Garut, Alit Burhanudin, mengatakan, para wakil rakyat juga telah melakukan investigasi terkait dengan keterlambatan pembayaran gaji ini. Ia juga meminta Dinas Pendidikan, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Ini diduga ada main mata antara guru yang meminjam ke bank dengan pejabat yang memberikan rekomendasi ke bank. Soalnya jumlah pinjaman yang diterima melebihi pendapatannya," ujar Alit.
SIGIT ZULMUNIR
Berita terkait
Guru Retno Listyarti Gugat Kepala Dinas DKI
16 September 2015
'Ini adalah cara terakhir yang bisa saya tempuh untuk memulihkan nama baik dan reputasi saya,' kata Retno Listyarti
Baca SelengkapnyaRibuan Guru Honorer Ancam Mogok Mengajar
22 Maret 2015
Sekitar 1.000 guru tidak tetap di Purbalingga mengancam akan mogok mengajar dan menuntut kenaikan honor mengajar.
Baca SelengkapnyaSerikat Guru: Dirjen Guru Jangan Hanya Urus Gaji
9 Februari 2015
Di Singapura, kata Retno, seorang guru pendidikan dasar mendapat pelatihan mengajar hingga 100 jam per tahun.
Baca SelengkapnyaTenaga Honorer Tuntut Diangkat Menjadi PNS
19 September 2013
"Selama 10 tahun terakhir, tidak ada penerimaan calon PNS bagi pegawai tata usaha sekolah."
Baca SelengkapnyaPemerintah Diminta Perhatikan Nasib Guru TIK
6 Mei 2013
Dalam kurikulum baru, pelajaran TIK akan dihilangkan.
Baca SelengkapnyaMimpi 70 Persen Guru Honorer Kandas
7 Maret 2012
Hanya 30 persen dari 650 ribu guru honorer bakal diangkat menjadi pegawai negeri
Baca SelengkapnyaPGRI Minta Standar Gaji Guru Honorer
30 November 2011
"Kami berharap guru honorer diangkat, tapi itu berat," kata Ketua PGRI.
Baca SelengkapnyaTutor Bimbel Ancam Geser Jam Ajar Guru di Sekolah
18 Oktober 2011
Asal mula masuknya bimbel ke sekolah pun tak sepenuhnya jelas. Entah ajakan sekolah atau lembaga bimbel yang mengajukan proposal.
Baca SelengkapnyaHonor Minim, Guru TK Swasta di Madiun Tuntut Kesejahteraan
15 Oktober 2010
Selain menuntut kesejahteraan, mereka juga berharap diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Baca SelengkapnyaGuru Madrasah di Bojonegoro Protes Ketimpangan Kesejahteraan
24 Agustus 2010
Dengan kemampuan akademik yang sama, namun penghasilan yang didapat guru sekolah swassta, seperti madrawas, dibandingkan dengan guru sekolah negeri, sangat timpang.
Baca Selengkapnya