Akademisi Susun Daftar Politikus Busuk

Reporter

Rabu, 28 November 2012 18:37 WIB

Thamrin Amal Tamagola. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Surabaya-Sosiolog dari Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola, mengajak masyarakat untuk menolak politikus busuk yang ingin kembali ke gedung DPR/MPR pada pemilu 2014. Menurut Tamrin, dirinya dan sejumlah akademisi lainnya tengah menyusun daftar para calon legislatif busuk yang mesti diharamkan masuk Senayan.

Kriteria politikus busuk yang tidak layak pilih dalam pemilihan umum mendatang, kata Tamrin, ialah yang pernah korupsi, mementingkan dirinya sendiri, dan sering absen ataupun tidur saat sidang-sidang penting membahas nasib rakyat.

“Saya dan kawan-kawan sedang menyusun daftar hitam politikus busuk itu. Bahannya banyak kami dapatkan dari Google,” ujar Tamrin dalam diskusi publik bertema “Studi Kepemimpinan Nasional, Permasalahan Kepemimpinan Politik Lokal dan Nasional” di Hotel JW Marriot Surabaya, Rabu, 28 November 2012.

Selain Tamrin, diskusi publik yang digelar Institut Kepemimpinan dan Sistem Politik Indonesia itu juga dihadiri pengamat politik Arbi Sanit serta Awad Bahasoan, dan peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro.

Tamrin juga mengkritik para politikus dan pemimpin muda yang lahir dari rahim reformasi. Generasi ini, kata dia, ditandai dengan munculnya politikus Senayan berjas, berdasi, dan wangi. Namun dalam bersidang di gedung DPR, mereka juga nyambi berbisnis. “Lihat saja waktu sidang, kan terus-terusan menerima telepon, apalagi kalau tidak sedang mengatur bisnisnya,” ujar Tamrin.

Sebenarnya, ujar Tamrin, selain rahim reformasi, politikus dan pemimpin Indonesia juga pernah lahir dari tiga rahim lainnya. Yakni, rahim gerakan sebelum kemerdekaan, rahim organisasi di bawah kelompok Cipayung, dan rahim Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Menurutnya, hanya pemimpin dan politikus yang lahir dari rahim gerakan pra 1945 yang tidak materialistis.

KUKUH S WIBOWO

Berita lain:

Ini Curhat Bekas Penyidik KPK tentang Abraham Samad

Surat Pengunduran Diri Penyidik Hendy Puji KPK

Akbar: Duet Mega-Kalla Bisa Ancam Ical

Akbar: Pendukung Jusuf Kalla Telah Gerilya

KPK Diserang Duet Polisi dan DPR

Berita terkait

Pengamat: Tanpa Karakter, Generasi Milenial Jadi Politikus Busuk

27 Februari 2018

Pengamat: Tanpa Karakter, Generasi Milenial Jadi Politikus Busuk

Agar tidak menjadi politikus busuk, Siti Zuhro menyarankan kepada generasi milenial untuk memiliki bekal pengetahuan cukup.

Baca Selengkapnya

Ah, Rupanya Setya Novanto Pernah Digelari Pria Paling Tampan  

14 Desember 2015

Ah, Rupanya Setya Novanto Pernah Digelari Pria Paling Tampan  

Perjuangan hidup Setya Novanto yang berliku dibenarkan Olis Datau, teman dekatnya di Surabaya.

Baca Selengkapnya

Istana Setya Novanto, Tak Cuma Memandang Hujan dari Luar  

14 Desember 2015

Istana Setya Novanto, Tak Cuma Memandang Hujan dari Luar  

Rumah itu dibangun sesuai dengan karakter Setya dan istri keduanya, Deisti Astriani Tagor.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto dan Istananya yang Megah di Kupang

14 Desember 2015

Setya Novanto dan Istananya yang Megah di Kupang

Bangunan ini didirikan Setya Novanto untuk memenuhi beberapa fungsi sekaligus.

Baca Selengkapnya

Kisah Setya Novanto Hobi Diskusi Bareng Istri di Kamar Mandi

14 Desember 2015

Kisah Setya Novanto Hobi Diskusi Bareng Istri di Kamar Mandi

Setya Novanto dan Luciana Lily Herliyanti sepakat membangun rumah dan mendesainnya bak hotel, bahkan istana.

Baca Selengkapnya

Politikus Rangkap Jabatan

5 April 2015

Politikus Rangkap Jabatan

Menurut Puan, posisinya di partai selama ini nonaktif dan ia selalu berfokus pada pekerjaan dan tanggung jawab di eksekutif sebagai menteri (Tempo.co, 1 April).

Baca Selengkapnya

Korupsi dan Politik

14 November 2014

Korupsi dan Politik

Seorang anggota DPR dari sebuah partai besar memiliki sebidang tanah yang luas di sebuah tempat di Jawa Timur. Dia memang dikenal sebagai seorang pengusaha real estate. Di tengah tanahnya ada sebuah jalan kampung kecil. Sebagai seorang anggota DPR, dia mengusulkan anggaran pembangunan infrastruktur jalan itu atas nama kepentingan publik. Kemudian, anggaran sebesar Rp 120 miliar disetujui panitia anggaran DPR.

Baca Selengkapnya

Artidjo: Semua Koruptor Dicabut Hak Politiknya  

19 September 2014

Artidjo: Semua Koruptor Dicabut Hak Politiknya  

"Tapi, kalau jabatan hanya untuk korupsi biasa dan bukan jabatan poltik, tidak tepat dicabut hak politik."

Baca Selengkapnya

Fahri Hamzah dan Kontroversinya  

19 Agustus 2014

Fahri Hamzah dan Kontroversinya  

Setidaknya ada lima persoalan yang membuat nama politikus PKS itu menjadi kontroversi.

Baca Selengkapnya

Puisi dalam Politik Kita

2 Mei 2014

Puisi dalam Politik Kita

Sebenarnya, sejarah puisi adalah sejarah yang luhur. Ketika teologi, filsafat, sains, atau bahkan agama mengalami kejenuhan dalam menjawab teka-teki dan memberi akan keber-Ada-an manusia, maka peradaban berpaling ke puisi. Puisi menjadi semacam Sang Mesias. Menurut penyair metafisik Inggris, John Keats, puisi adalah satu-satunya yang mampu merangkul manusia dalam keterasingannya. Jadi, tak mengherankan jika mistisisme atau sufisme dalam Islam pada akhirnya berpaling ke puisi. Sebab, hanya melalui puisi, pengalaman transenden (ektase) seorang sufi dapat dibahasakan. Keluhuran puisi pula yang membawa Aristoteles justru menilai bahwa puisi harus berperan menciptakan efek katarsis guna menekan nasfu-nafsu rendah.

Baca Selengkapnya