Polri Lanjutkan Pengusutan Kasus 27 Juli

Reporter

Editor

Minggu, 13 Juni 2004 10:41 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Tak terpengaruh komentar berbagai pihak, Markas Besar Kepolisian RI tetap melanjutkan pengusutan kasus 27 Juli 1996. Saat ini, penyelidikan kasus itu baru mencapai tahap melengkapi petunjuk dan data. Rencananya, pekan ini, hasil pengusutan akan disampaikan kepada penyidik koneksitas dan jaksa penuntut umum.Menurut Kepala Bagian Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Polisi Suyitno Landung, tidak ada perintah dari siapa pun kepada Polri untuk menunda pemeriksaan. Ia menambahkan, Presiden Megawati harus memberi perintah penundaan melalui surat resmi. "Harus ada surat tertulis, dan saya belum dengar ada perintah penundaan," katanya saat dihubungi Tempo News Room kemarin sore.Dalam kasus ini, katanya, belum ada calon presiden yang akan diperiksa. Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Pol. Da'i Bachtiar juga mengatakan, ia belum mendengar langsung keinginan Megawati untuk menunda pengusutan kasus 27 Juli. Da'i mengatakan, pihaknya akan menyerahkan proses hukum kepada penyidik koneksitas dan jaksa penuntut umum. "Sebab, proses hukum itu yang menentukan mereka. Tidak ada tanggung jawab politis," katanya.Seperti diberitakan Koran Tempo kemarin, Presiden Megawati menginginkan pengusutan kasus 27 ditunda hingga pemilihan presiden selesai. Keinginan Megawati itu disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung, Jumat.Namun, Pramono kemarin mengatakan, ada salah pengertian yang ditangkap media massa dari pernyataannya. "Intinya yang saya katakan kemarin, Mega hanya tidak ingin ada intervensi penegakan hukum, sementara hal-hal lain yang berkaitan dengan penegakan hukum merupakan kewenangan institusi penegak hukum itu sendiri," kata Pramono "Ibu Mega sangat menghormati penegakan hukum sehingga beliau tidak ingin menggunakan instrumen apa pun yang berkaitan dengan capres lain dalam rangka melakukan intervensi," ujarnya seraya menambahkan bahwa Megawati sama sekali tak menginginkan kasus 27 Juli menjadi polemik. Bukan hanya Pramono yang melakukan klarifikasi. Kemarin, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) mendatangi Mabes Polri untuk melakukan hal sama. Salah satu anggotanya, Dwi Ria Latifa, menegaskan, kedatangannya bersama Trimedya Panjaitan, Petrus Selestinus, dan Martin Erwan ke Mabes Polri bukan untuk melakukan intervensi pada perkara yang sedang ditangani Polri itu. "Kami datang untuk melakukan klarifikasi," kata Dwi.Menurut Dwi, TPDI merasa perlu melakukan hal itu karena, berdasarkan informasi dari media massa, kasus 27 Juli telah siap dilimpahkan ke kejaksaan. Ia juga menyebutkan, setiap mendekati Juli, kasus ini selalu muncul kembali, tapi selalu tanpa penyelesaian. Sementara itu, salah seorang korban tragedi itu, Andi Arief, menganggap upaya Presiden Megawati untuk mengungkapnya kembali hanyalah untuk mencari simpati menjelang pemilihan presiden. Menurut dia, apa pun yang ditempuh Mega saat ini cuma untuk kepentingan politik. "Apa pun langkah Mega tak akan berbuah simpati," ujarnya. Andi mengatakan, bila Mega benar-benar serius menegakkan hukum, seharusnya sejak jauh-jauh hari kasus ini sudah dituntaskan. Menurut dia, para korban sudah tidak percaya lagi ada itikad baik Mega untuk menuntaskannya. Kalaupun kasus ini terus diselidiki, ia hanya bisa menyandarkan harapan pada rezim yang bakal terpilih nanti--"Tentunya bukan Megawati dan calon-calon yang terindikasi terlibat kasus itu--kasus yang menuai simpati bagi Mega sebagai pihak tertindas saat itu." mawar kusuma/muhamad fasabeni/poernomo g. ridho

Berita terkait

Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

27 Juli 2022

Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

Pada 28 Juli 1996 kerusuhan Kudatuli merembet ke Surabaya. Terjadi unjuk rasa besar di area Kebun Binatang dan berlanjut ke Jalan Diponegoro.

Baca Selengkapnya

PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

27 Juli 2022

PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

Acara itu dipimpin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama beberapa politikus PDIP lainnya.

Baca Selengkapnya

PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

22 Juli 2022

PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

Iwan menyebut, PDIP sebagai partai berkuasa mestinya bisa mendorong penuntasan kasus 27 Juli 1996.

Baca Selengkapnya

Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

27 Juli 2020

Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

Peristiwa Kudatuli bermula dari dualisme di tubuh Partai Demokrasi Indonesia atau PDI.

Baca Selengkapnya

Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

28 Juli 2019

Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

Ribka Tjiptaning blak-blakan mengungkap bahwa sebetulnya Kudatuli, bisa diselesaikan jika ada keseriusan dari petinggi-petinggi PDIP.

Baca Selengkapnya

Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

27 Juli 2019

Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau peristiwa Kudatuli terus menagih hak mereka.

Baca Selengkapnya

Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

27 Juli 2019

Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

Tangis Ribka Tjiptaning pecah ketika memperingati peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal Kudatuli di kantor DPP PDIP hari ini.

Baca Selengkapnya

Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

27 Juli 2019

Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

Politikus PDIP Ribka Tjiptaning meminta Presiden Jokowi segera menuntaskan kasus 27 Juli atau Kudatuli.

Baca Selengkapnya

Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

27 Juli 2019

Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan Kudatuli tak berhenti menuntut penuntasan kasus yang mereka alami.

Baca Selengkapnya

Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

27 Juli 2019

Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

Peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh juli atau Kudatuli hingga saat ini masih tak jelas ujung pangkalnya. Korban meminta namanya direhabilitasi.

Baca Selengkapnya