Lapangan Terbang Jember Kembali Mangkrak
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Rabu, 12 September 2012 13:02 WIB
TEMPO.CO, Jember - Lapangan Terbang Notohadinegoro Jember, Jawa Timur, kembali mangkrak. Selain tidak ada aktivitas sejak akhir Juli 2012 lalu, hingga kini lapangan terbang yang terletak di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, itu tampak tidak terurus.
Berdasarkan pantauan Tempo, Rabu, 12 September 2012, sebuah bangunan besar di sisi timur yang sempat dijadikan kelas dan asrama Sekolah Pendidikan Penerbangan Juanda Cabang Surabaya tampak kosong melompong.
Selain itu, beberapa ekor kambing milik warga sekitar berkeliaran di kawasan lapangan terbang yang ditumbuhi rerumputan dan semak belukar. "Ya, tidak ada kegiatan lagi dan setiap sore jadi tempat main layangan atau balapan," kata seorang warga, Hadari, 50 tahun, Rabu, 12 September 2012.
Penggunaan falitas lapangan terbang sebagai tempat pendidikan penerbangan diresmikan Bupati Jember, M.Z.A. Djalal, pada 17 April 2012. Sebab, lapangan terbang tersebut telah mangkrak selama lima tahun. Peralatan pendukung pendidikan diangkut dari Surabaya untuk ditempatkan di sebuah gedung milik Lapangan Terbang Notohadinegoro. Sebanyak 55 orang taruna jurusan teknik pesawat udara sempat menjalani pendidikan.
Tujuan dibuka sekolah tersebut, seperti kata Djalal, adalah untuk memancing minat anak muda Jember menggeluti dunia penerbangan. Namun, tidak satu pun anak muda dari Jember dan sekitarnya yang mendaftar. Akibatnya, sejak akhir Juli 2012, seluruh taruna dan fasilitas sekolah diangkut kembali ke Surabaya. "Ya, bagaimana lagi? Memang tidak ada calon siswa baru yang mendaftarkan diri,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, Djuwarto.
Saat ini Dinas Perhubungan kembali berupaya untuk memanfaatkan kembali lapangan terbang yang dibangun dengan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2003-2008 senilai Rp 30 miliar itu. Di antaranya melakukan lobi dengan sejumlah maskapai penerbangan. Dinas Perhubungan juga sedang melobi Kementerian Perhubungan. "Sesuai peruntukannya, lapangan terbang ini harus bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik," ucap Djuwarto.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jember, Mohammad Asir, menegaskan bahwa kerja sama yang dijalin Pemerintah Kabupaten Jember dengan pihak pengelola Pendidikan Penerbangan Juanda tidak serius. Terbukti dengan tidak adanya sosialisasi pendaftaran siswa baru agar bersekolah di situ. "Pemerintah Kabupaten Jember dengan pihak pengelola sekolah justru bersitegang soal pajak reklame atau iklan sekolah dan tidak ada titik temu,” tuturnya.
Menurut Asir, Komisi C yang antara lain membidangi masalah perhubungan akan memanggil Bupati dan Kepala Dinas Perhubungan Jember untuk dimintai penjelasan pemanfaatan lapangan terbang tersebut. "Lapangan terbang Banyuwangi sudah berkembang secara pesat. Bahkan, mendapat bantuan pemerintah pusat Rp 200 miliar. Apakah kita tidak malu disalip kabupaten tetangga?" katanya.
Lapangan Terbang Notohadinegoro diresmikan tahun 2005 oleh presiden waktu itu, K.H. Abdurrahman Wahid. Ditandai dengan penerbangan uji coba dari Bandara Juanda Surabaya. Sejumlah pejabat, di antaranya Hatta Rajasa yang saat itu masih menjabat Menteri Perhubungan, anggota DPR-RI Adjie Massaid, tercatat ikut dalam penerbangan tersebut.
Namun, pengoperasiannya baru bisa dilakukan pada tahun 2008. Itu pun hanya berlangsung tiga bulan, yakni sejak 29 Agustus 2008 hingga 14 November 2008. Maskapai penerbangan yang dioperasikan PT Aero Ekspress Internasional tak mampu meneruskan operasional karena jumlah penumpang yang tidak sebanding dengan biaya operasional.
Pemerintah Kabupaten Jember pun merugi. Bahkan, muncul kasus korupsi karena terjadi penyalahgunaan dana operasional lapangan terbang senilai Rp 5,7 miliar.
Kejaksaan Agung telah menetapkan tiga tersangka, yakni Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember saat itu, Sunarsono; Direktur Utama Perusahaan Daerah Perkebunan Jember, Syafril Jaya; dan Direktur Aero Ekspress Internasional, Raymont Mailangkai. Akan tetapi, hingga kini proses hukumnya mengambang di Kejaksaan Negeri Jember.
MAHBUB DJUNAIDY
Berita terpopuler lainnya:
Identitas Mayat di Tol Pondok Aren Terkuak
Fauzi Bowo ''Siram'' 1.000 Nelayan dengan Jamkesda
FBR dan Kelompok Banten Nyaris Bentrok
Rencanakan Mogok Nasional, Buruh Temui Kapolda
Perampokan di Cipinang Terkait dengan Terorisme?