Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya membangun rumah antikebohongan sekaligus sebagai unjuk keprihatinan atas munculnya Gerakan Anti-Din Syamsudin (Gadis) yang tersebar di beberapa tempat di Jakarta.

Menurut Wakil Ketua PDM Surabaya, Imam Subari, rumah antikebohongan ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kesepakatan tokoh lintas agama tentang sembilan kebohongan pemerintah sekarang dan sembilan kebohongan masa lampau.

"Siapa saja masyarakat yang tidak mengerti dan tidak faham dengan maksud kesepakatan para tokoh lintas agama tersebut, kami akan memberi petunjuk dan menjelaskannya," katanya di Surabaya, Sabtu 29 Januari 2011.

Menyinggung "Gadis", ia menilai gerakan ini berupaya menghadang laju tokoh lintas agama dalam mengkritisi pemerintah.

Imam mengkritik "Gadis" karena menuduh Din Syamsudin provokator gerakan itu. Padahal tokoh lintas agama itu bukan hanya Pak Din Syamsudin saja, melainkan banyak tokoh lainnya," katanya.

"Yang lebih membuat kecewa adalah tuduhan itu dilontarkan oleh satu orang saja. Padahal, kritikan itu dilakukan sekelompok orang. Dampaknya jelas mencederai perasaan warga Muhammadiyah," tambah Imam.

Sementara itu, ribuan warga Muhammadiyah yang mengikuti jalan sehat di Surabaya membubuhkan tanda tangan di atas kain putih sepanjang 500 meter sebagai dukungan terhadap Din agar tak gentar menghadapi gerakan yang menghalanginya untuk mengingatkan pemerintahan.

"Ini sebagai bukti bahwa warga Muhammadiyah, khususnya Kota Surabaya, mendukung penuh Din Syamsudin dan tokoh agama lainnya untuk tidak segan-segan mengingatkan pemerintah agar tidak terjebak dan tetap memberantas korupsi serta persoalan bangsa lainnya," tutur Wakil Ketua PDM Surabaya, Arif An.