TEMPO Interaktif, Jakarta - Peringatan Ulang Tahun ke-38 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang digelar hari ini, Senin 10 Januari 2011, dimanfaatkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk menyentil keberadaaan Sekeratriat Gabungan Partai Koalisi bentukan partai-partai pendukung pemerintah.
Melalui orasi politiknya di Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Megawati menyinggung Setgab yang kerap ribut-ribut di internal hanya untuk mengurus masalah kekuasaan. "Para elit itu lebih meributkan soal koalisi sekretariat gabungan dan wacana pemilihan gubernur oleh DPRD atau apapun namanya, dibanding mengurus rakyat," kata Megawati, atau akrab disapa Mega.
Menurut Mega, sikap Setgab yang doyan meributkan kekuasaan mengindikasikan elit politik lebih mengutamakan kedudukan dari pada urusan rakyat. "Dan hal ini menegaskan semakin menguatnya cakupan bencana mental yang melanda negeri ini."
Sikap elit politik itu, kata dia, bertentangan dengan ajaran Bung Karno yang mengutamakan urusan wong cilik. "Situasi saat ini menegaskan cita-cita yang melekat dalam sejarah PDI Perjuangan jauh lebih besar dari sekedar urusan kursi di parlemen," ujarnya.
Tak hanya menyentil Setgab, Mega juga mengkritik sejumlah kebijakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menurutnya sering menimbulkan konflik. Contohnya pada masalah Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta. "Kebijakan itu lebih produktif menciptakan polemik ketimbang rujukan integritas kebangsaan. Karena bukan sebuah solusi untuk kemajuan rakyat," kata Mega.
Polemik keistimewaan Yogyakarta yang dimunculkan pemerintahan itu, lanjut dia, telah memaksa rakyat untuk memilih antara kesetiaan kebangsaan atau kedaerahan. "Para pengelola negara ini mengalami kelunturan pemahaman sejarah."
Presiden Yudhoyono pun dinilainya tidak paham akan arti Bhineka Tunggal Ika."Jargon itu sudah lekat dalam sejarah bangsa yang majemuk. Dan sekarang tenggelam di bawah persaingan bebas," ujarnya.
CORNILA DESYANA