Effendi Ghazali: Bawa Kerbau Agar Asprasi Diperhatikan
Rabu, 3 Februari 2010 16:09 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pakar Komunikasi Politik Effendi Ghazali mengatakan tak setuju dengan unjuk rasa yang diwarnai aksi pembakaran dan pengunaan kata-kata kasar. Hal itu, menurut dia, bukanlah cerminan komunikasi poltik yang elegan.
“Pendemo harus menggunakan semboyan: How elegant you go, bukan how to be an elegant,” kata Effendi ketika dihubungi, Rabu (3/2).
Menurut Effendi, aksi demonstrasi memperingati 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang digelar hampir di seluruh wilayah Indonesia beberapa waktu lalu berakhir tertib. Namun ia masih melihat adanya tindakan tidak elegan seperti teriakan maling, pembakaran tokoh tertentu, dan penyimbolan Yudhoyono dengan seekor kerbau.
Tindakan yang terakhir tersebut membuat Presiden RI ke-6 merasa tersinggung. Dalam sebuah kesempatan di Cipanas kemarin, Yudhoyono mengatakan prihatin dengan aksi demonstrasi yang telah mencederai pranata sosial dan kepantasan beretika.
“Ada yang bawa kerbau. SBY badannya besar, malas, bodoh, seperti kerbau,” katanya kemarin.
Effendi menilai, reaksi Yudhoyono patut dicermati oleh siapapun yang ingin berdemo. “Dalam komunikasi politik, saya tidak pernah mengajarkan hal yang semacam itu,” ujar Effendi.
Namun bila Presiden merasa keberatan dengan aksi kerbau itu, ada baiknya kalangan istana perlu berinstropeksi. Ia mencontohkan, penyebutan kata kotor yang bergulir di parlemen, bukti bahwa pemerintahan Yudhoyono tidak mampu memberikan contoh bijak bagi masyarakat.
“SBY juga harus melihat siapa yang menyebut kata bangsat di parlemen. Mungkin kata maling yang diteriaki pendemo untuk Sri Mulyani dan Boediono terinspirasi dari orang bawahan presiden,” kata Effendi membandingkan.
Bila aksi unjuk rasa yang melibatkan seekor kerbau dipandang sebagai hinaan, kata Effendi, itu karena pemerintah tidak mendengarkan aspirasi yang disuarakan. “Karena aksinya tidak didengar, pendemo lalu membawa kerbau beneran agar dapat perhatian dari pemerintah,” tambahnya.
APRIARTO MUKTIADI