Serap Aspirasi Pedagang Starling, Dharma Pongrekun Sebut Satpol PP Harusnya Melindungi
Reporter
Anastasya Lavenia Y
Editor
Eko Ari Wibowo
Jumat, 1 November 2024 18:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur Jakarta nomor 2, Dharma Pongrekun mengatakan Satuan Polisi Pamong Praja (PP) seharusnya melindungi dan mengayomi warga. Hal tersebut disampaikannya setelah mendapat keluhan dari penjual kopi keliling di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, pada Jumat, 1 November 2024.
Dharma mengatakan penjual kopi keliling mengeluhkan perlakuan Satpol PP yang kerap mengejar-ngejar mereka sampai membuat perlengkapan jualan mereka rusak. “Jadi ke depan Satpol PP sebenarnya bukan perlu direformasi, cuma perlu memperbaiki adabnya supaya koreksi diri,” kata Dharma, Jumat 1 November 2024.
Menurut Dharma, Satpol PP seharusnya melindungi, melayani, dan mengayomi warga Jakarta. Ia juga mengatakan Satpol PP bisa melapor ke gubernur apabila menemukan warga yang kesulitan, sehingga mereka mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Dharma juga mengatakan tugas Pemprov adalah membina para pedagang keliling untuk bisa mandiri dan hidup dengam ekonomi yang layak. “Karena mereka memeras keringat tanpa meminta bantuan apa-apa kok dari pemerintah, mereka keluar biaya sendiri. Lalu apa yang salah dari mereka?” kata Dharma.
Dalam debat kedua Pilkada Jakarta, Dharma Pongrekun menyebut akan membentuk tim ekonomi adab untuk membantu para pelaku UMKM. “Kami sudah siapkan tim ekonomi adab yang terdiri dari guru-guru honorer,” ujar Dharma saat menjawab pertanyaan panelis di debat kedua, di Beach City International Stadium, Jakarta Utara, pada Ahad, 27 Oktober 2024.
Adapun alasan Dharma menggaet guru honorer sebagai anggota dari tim ekonomi adab adalah untuk memberikan pendapatan tambahan tanpa harus diberi subsidi. Tim ekonomi adab nantinya akan melakukan pembinaan, menyiapkan modal, bahan baku, melakukan quality control, pengiriman barang, hingga penagihan.
Alfitria Nefi P berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Ridwan Kamil Akui Elektabilitasnya Naik-Turun Berdasarkan Survei: Bukan Penentu Takdir