Urgensi Etika Beragama dan Mahkamah Etik

Senin, 23 September 2024 08:40 WIB

Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku, Jumat 20 September 2024. Dok. BPIP

INFO NASIONAL - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kembali menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD), pada Jumat, 20 September 2024. Diskusi bertema “Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara dan Berbangsa dan Bernegara” yang berlangsung di Universitas Pattimura, Ambon.

Sejumlah narasumber yang hadir, antara lain Guru Besar Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Moch. Qasim Mathar; peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahmad Najib Burhani; sosiolog Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola; dan lainnya. Mereka berdialog tentang bagaimana peran agama sebagai salah satu sumber moralitas tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Semua sepakat, tiada satupun agama yang memuat nilai-nilai buruk. Semua agama memiliki ajaran yang selaras dan integral dengan prinsip etika moralitas secara umum. Logikanya, orang yang menjalankan ajaran agama secara paripurna, maka dia juga memiliki etika berperilaku yang positif.

Bercermin dari fenomena yang terjadi saat ini, agama justru seolah hanya menjadi simbol dan institusi. Nilai-nilai agama tidak dimaknai hingga relung sanubari dan diimplementasikan menjadi perilaku. Ajaran agama hanya menggema sebagai sebuah ritual, tanpa penghayatan.

Akar persoalan etika bukan hanya persoalan individu, namun juga menjadi tantangan bagi negara. Kerapuhan etika yang kini terjadi, salah satunya karena pola asuh yang memberikan kebebasan berlebih, terutama kepada anak usia dini. Akibatnya, anak menjadi kurang bertanggung jawab, egois, permisif, berwatak lemah, tidak berpendirian, boros, dan malas.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, paradoks keagamaan juga memiliki banyak masalah. Paradoks harmoni beragama yang tidak tercipta karena adanya pembatasan hak umat oleh negara karena faktor keamanan dan ketenangan di masyarakat, hingga pengelompokan dan kecenderungan dalam kehidupan beragama di Indonesia. Akibat dari semua itu, terjadi segregasi sosial yang berdampak di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Selain itu, persoalan agama mayoritas dan minoritas yang dianut oleh warga negara juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keadilan dan kesetaraan dalam berbangsa dan bernegara. Diskusi ini merumuskan sejumlah rekomendasi. Di antaranya, memasukkan nilai-nilai agama yang universal ke dalam Undang-undang Etik, sehingga nilai-nilai agama tidak hanya sebagai nilai moral, tetapi juga keputusan tertulis.

Penegakan hukum dan aturan yang ketat, yaitu pemimpin politik harus tunduk pada aturan dan sistem hukum yang kuat harus mampu menghukum mereka yang terbukti melakukan korupsi atau manipulasi politik. Perlunya penguatan pendidikan agama, bukan hanya berfokus pada ritual, tafsir agama tekstualis, simbol, namun juga pembentukan karakter yang mengedepankan toleransi, persatuan, dan kemanusiaan. Meningkatkan edukasi literasi digital sejak dini dalam jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi, serta mewujudkan peran agama dalam pendidikan moral, yaitu pendidikan agama yang mengedepankan toleransi, keadilan, dan empati.

Sebelumnya, dalam FGD yang digelar BPIP bertema “Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara: Perspektif Budaya Hukum” di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Selasa, 17 September 2024, Ketua Mahkamah Konstitusi 2003-2008 Jimly Asshiddiqie menegaskan, Indonesia sudah saatnya memiliki lembaga yang khusus menangani pelanggaran etika, yaitu Mahkamah Etika Nasional. Hal itu untuk memperbaiki kerapuhan etika penyelenggara negara.

Sejak 2009, Jimly telah berulang kali mempromosikan pentingnya menata sistem etika di Indonesia. Namun hingga kini, tidak ada usaha nyata dari pemerintah untuk mewujudkan rekomendasi yang telah tertuang dalam Tap MPR Nomor 6 Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Koentjoro, mengatakan, pentingnya pendidikan etika sejak dini. Sebab, baginya, nilai-nilai etika adalah fondasi yang harus ditanam dari akar. Dengan begitu, pohon hukum akan tumbuh kuat dan berbuah keadilan. "Saya belajar adab lebih penting dari ilmu. Aturan sopan santun etika, itu yang harus ditingkatkan. Dan budaya kita sudah mulai mengutamakan logika daripada rasa. Ini yang menjadi masalah," kata Koentjoro. (*)

Berita terkait

Ini Strategi Pertamina International Shipping Jawab Tantangan Transisi Energi Dunia

12 menit lalu

Ini Strategi Pertamina International Shipping Jawab Tantangan Transisi Energi Dunia

PIS terus memodernisasi armada untuk operasional yang prima

Baca Selengkapnya

Kelompok Tani Agrotomation Binaan Bukit Asam Panen Perdana Melon Golden Premium

1 jam lalu

Kelompok Tani Agrotomation Binaan Bukit Asam Panen Perdana Melon Golden Premium

Harga melon golden premium yang mencapai Rp35 ribu per kg memberikan potensi penghasilan besar bagi para petani. Rasanya yang manis juga menjadi daya tarik.

Baca Selengkapnya

Akademisi UGM: Program Cetak Sawah di Merauke Optimis Berhasil

2 jam lalu

Akademisi UGM: Program Cetak Sawah di Merauke Optimis Berhasil

Lahan pertanian di Merauke memerlukan benih unggul yang sesuai dengan lahan garapan. Sebab di beberapa titik memang masih ada keterbatasan indeks kesesuaian.

Baca Selengkapnya

Ahli Sebut Lahan Cetak Sawah di Kabupaten Merauke Layak Tanam

3 jam lalu

Ahli Sebut Lahan Cetak Sawah di Kabupaten Merauke Layak Tanam

Cetak sawah menjadi program nasional yang akan dijalankan pada 2025 untuk memenuhi kebutuhan pangan secara berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Lika-Liku Olly Membangun Tanah Kelahiran

4 jam lalu

Lika-Liku Olly Membangun Tanah Kelahiran

Olly Dondokambey berpesan agar anak muda tidak alergi terhdap politik. Jadilah mapan agar idealisme tidak kandas di perut, lalu membangun Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

141 Komunitas Relawan Dukung Airin-Ade dan Benyamin-Pilar

17 jam lalu

141 Komunitas Relawan Dukung Airin-Ade dan Benyamin-Pilar

Sebanyak 141 komunitas relawan secara resmi mendeklarasikan dukungan untuk pasangan bakal calon gubernur-wakil gubernur Banten, Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi

Baca Selengkapnya

Penjabat Gubernur Bahtiar Ajak Bersatu Padu Membangun Sulbar

19 jam lalu

Penjabat Gubernur Bahtiar Ajak Bersatu Padu Membangun Sulbar

HUT ke-20 Mengusung tema "Sulawesi Barat Malaqbi Maju Dan Berkelanjutan dalam Ekosistem Ekonomi Hijau Dan Biru Yang Inklusif"

Baca Selengkapnya

Catatan Ketua MPR RI : Mendorong Parpol Peduli dan Wujudkan Kebaikan Bersama

20 jam lalu

Catatan Ketua MPR RI : Mendorong Parpol Peduli dan Wujudkan Kebaikan Bersama

Peran signifikan politisi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut partai politik untuk menghadirkan kader yang kredibel dan kompeten guna mewujudkan kebaikan bersama melalui pengambilan kebijakan yang tepat.

Baca Selengkapnya

BRI Raih Gelar Perusahaan Tepercaya Berkat Konsistensi Layanan dan Transparansi

23 jam lalu

BRI Raih Gelar Perusahaan Tepercaya Berkat Konsistensi Layanan dan Transparansi

Prestasi BRI dalam menjaga kepercayaan dari para nasabah dan investor melalui pengelolaan yang transparan dan inovatif.

Baca Selengkapnya

BRI Terpilih sebagai Salah Satu Perusahaan Paling Tepercaya di Dunia

23 jam lalu

BRI Terpilih sebagai Salah Satu Perusahaan Paling Tepercaya di Dunia

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) telah menorehkan prestasi internasional dengan masuk dalam daftar "World's Most Trustworthy Companies 2024" yang dirilis oleh majalah terkemuka Newsweek, berkolaborasi dengan Statista.

Baca Selengkapnya