Megawati Sebut Hubungannya dengan Jokowi Baik, Namun Tolak Wacana Presiden Tiga Periode

Reporter

Magang KJI

Editor

Juli Hantoro

Senin, 5 Agustus 2024 20:30 WIB

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, bersama Bendahara Umum PDI Perjuangan, Olly Dondokambey.

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri akhirnya mengungkap soal hubungannya dengan Presiden Joko Widodo. Ia mengatakan, hubungannya dengan Jokowi baik-baik saja.

Hanya saja, kata Megawati, dia tak setuju dengan rencana perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode karena melanggar konstitusi.

Sebelumnya, pada Februari 2022 gagasan presiden 3 periode yang sempat mati suri kembali hidup setelah tiga ketua umum partai mendukung penundaan Pemilu 2024. Mereka adalah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan.

Megawati sejak awal menolak rencana perpanjangan masa jabatan presiden. Belakangan hubungan antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PDI Perjuangan itu disebut renggang.

"Lho enaknya lho dia ngomong gitu. Saya sama presiden baik-baik saja. Memangnya kenapa? Hanya karena saya dikatakan, karena saya tidak mau ketika diminta tiga periode. Atau karena saya katanya tidak mau memperpanjang? Lho, saya tahu hukum kok," kata Megawati saat memberikan sambutan di acara penyerahan duplikat bendera pusaka kepada seluruh gubernur se-Indonesia di Balai Samudra, Jakarta, pada Senin 5 Agustus 2024.

Advertising
Advertising

Awalnya, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menanyakan kepada audiens tentang nurani, moral, dan etika. Lebih lanjut, Mega, sapaan akrabnya menyatakan haknya untuk berbicara. Sebab kata dia, Indonesia merupakan negara demokratis.

"Saya enggak bisa kalau terus, enggak boleh ngomong-enggak boleh ngomong. Enggak! Saya punya mulut. Hak saya untuk berbicara, kalau mengakui negara kita adalah negara demokratis," kata Ketua Umum PDIP itu melalui pesan tertulis yang diterima Tempo pada Senin 5 Agustus 2024.

Mega lalu menyinggung sejumlah penjabat gubernur yang diangkat oleh Pemerintahan Jokowi dan meminta Pj kepala daerah untuk netral. Menurut Megawati, dia mengetahui bahwa ada misi tertentuk dalam proses pilkada serentak nanti.

"Yang datang (Pj) gubernurnya siapa saja, sih. Saya kan tahu kok. Tetapi saya ini loh, saya elus dada saya, saya elus dada saya" ujar Mega.

Putri Prokmator RI Bung Karno ini meminta para penjabat kepala daerah itu untuk sadar, sebab negara ini diatur oleh Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Di sisi lain, menurut dia setiap warga negara mempunyai hak yang sama.

"Kalau saya salah, ngomong. Tidak laki-laki, tidak perempuan. Jadi, artinya jangan, ya, macam-macam. Ya, dong. Gimana sih diberi hak yang sama, tidak ada (perbedaan) dari presiden sampai kaum papa. Haknya sama. Ingat! Begitu juga dalam pemilu. Pemilu langsung haknya sama. Jadi, berikan kepada rakyat hak mereka," kata Mega.

Megawati kemudian bertanya kepada ahli hukum yang hadir. Menurut Mega, wacana presiden tiga periode itu ranahnya konsitusi. Mega menyatakan dirinya tidak punya hak dalam menentukan boleh atau tidak wacana presiden tiga periode. Dari situ, Mega berargumen bahwa aturan presiden seumur hidup waktu reformasi itu sudah diubah.

"Mana yang ahli hukum angkat tangan. Itu kan ranahnya namanya konstitusi. Ya saya tidak punya hak lho mengatakan boleh atau tidak. Itu kan mesti Majelis Permusyawaratan Rakyat. Karena apa? Ketika dari yang namanya presiden seumur hidup itu waktu reformasi kan diubah. Itu TAP MPR. Saya tanya kepada ahli tata negara, apakah MPR yang sekarang disamakan ini, TAP-nya itu masih berlaku? Yes. Ada yang mau menyanggah? Ahli hukum tata negara? Ya silakan," ujar Megawati.

Megawati menyampaikan dirinya hanya berbicara tentang kebenaran. Ia tidak ingin republik ini rusak oleh orang Indonesia yang tidak merasa harus melakukan bergotong royong atau tidak lagi Bhineka Tunggal Ika.

"Dan rusaknya oleh kalian sendiri, orang Indonesia yang sudah tidak merasa lagi yang namanya kita harus bergotong royong, harus kekeluargaan, tidak ada lagi yang namanya Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana, ya, terus kalian mau jadi apa? Elite saja. Wah, kalau dibilang elite, luar biasa," kata Megawati.

Dilansir dari Majalah Tempo, mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Andi Widjajanto bercerita, Jokowi memanggilnya di ruang tengah Istana Negara. Jokowi meminta Andi membuat kajian tentang perpanjangan masa jabatan presiden. Dan Andi diberi waktu tiga bulan.

Saat itu, kata Andi, Jokowi menyampaikan keresahannya ihwal proyek strategis nasional yang terancam mangkrak saat masa jabatannya berakhir.

Pilihan Editor: Seribu Cara Tetap Berkuasa

MOCHAMAD FIRLY FAJRIAN

Berita terkait

Istana Seret Nama Megawati dalam Polemik Pesawat Jet Kaesang

8 menit lalu

Istana Seret Nama Megawati dalam Polemik Pesawat Jet Kaesang

Istana Kepresidenan meminta publik untuk menyorot Megawati, Puan, dan Mahfud yang juga menggunakan jet pribadi.

Baca Selengkapnya

Setelah Kaesang Mendatangi KPK: Tanggapan Jokowi hingga Juru Bicara

21 menit lalu

Setelah Kaesang Mendatangi KPK: Tanggapan Jokowi hingga Juru Bicara

Jokowi menanggapi singkat soal anak bungsunya, Kaesang Pangarep mendatangi KPK untuk memberi klarifikasi soal jet pribadi

Baca Selengkapnya

Jokowi Bakal Resmikan Tol Yogya-Solo Seksi Kartasura-Klaten Hari ini

27 menit lalu

Jokowi Bakal Resmikan Tol Yogya-Solo Seksi Kartasura-Klaten Hari ini

Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah hari ini, Kamis, 19 September 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kunker ke Jawa Tengah: Buka Kongres ISEI hingga Resmikan Jalan Tol Solo-Yogya

44 menit lalu

Jokowi Kunker ke Jawa Tengah: Buka Kongres ISEI hingga Resmikan Jalan Tol Solo-Yogya

Jokowi melakukan kunker ke Jawa Tengah pada Kamis 19 September 2024 untuk menghadiri pembukaan Kongres ISEI hingga resmikan jalan tol

Baca Selengkapnya

Data NPWP Bocor, CISSRec: Jokowi Belum Bentuk Lembaga Perlindungan Data Pribadi

1 jam lalu

Data NPWP Bocor, CISSRec: Jokowi Belum Bentuk Lembaga Perlindungan Data Pribadi

Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC sebut Presiden Jokowi berpotensi melanggar UU PDP dengan maraknya kebocoran data pribadi, termasuk NPWP.

Baca Selengkapnya

NPWP Milik Keluarga Jokowi dan Sri Mulyani Diduga Bocor, Total 6 Juta Data Dijual Rp 150 Juta

1 jam lalu

NPWP Milik Keluarga Jokowi dan Sri Mulyani Diduga Bocor, Total 6 Juta Data Dijual Rp 150 Juta

NPWP milik Jokowi, Gibran, Kaesang, Menkominfo, Sri Mulyani dan menteri lainnya juga dibocorkan.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Sahkan Pemberlakuan Visa Bebas Kunjungan, Ini Daftar 13 Negaranya

4 jam lalu

Presiden Jokowi Sahkan Pemberlakuan Visa Bebas Kunjungan, Ini Daftar 13 Negaranya

Presiden Joko Widodo atau Jokowi secara resmi memberlakukan bebas visa ketika berkunjung ke Indonesia bagi 13 negara.

Baca Selengkapnya

Sama-sama Anak Pejabat, Ini Perbedaan Kasus Mario Dandy dan Kaesang Menurut KPK

4 jam lalu

Sama-sama Anak Pejabat, Ini Perbedaan Kasus Mario Dandy dan Kaesang Menurut KPK

KPK menjelaskan perbedaan antara kasus Mario Dandy dan dugaan gratifikasi penggunaan jet pribadi Kaesang Pangarep

Baca Selengkapnya

Rencana Pertemuan Megawati dan Prabowo, PDIP Tegaskan Bukan untuk Incar Kursi Menteri

13 jam lalu

Rencana Pertemuan Megawati dan Prabowo, PDIP Tegaskan Bukan untuk Incar Kursi Menteri

PDIP menilai pertemuan Megawati dan Prabowo merupakan wahana merawat moralitas publik.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Sedimen yang Dibuka Keran Ekspornya, tapi Diklaim Jokowi Bukan Pasir Laut?

14 jam lalu

Apa Itu Sedimen yang Dibuka Keran Ekspornya, tapi Diklaim Jokowi Bukan Pasir Laut?

Jokowi mengklaim tidak membuka keran ekspor pasir laut. Menurut dia, komoditas yang diizinkan diekspor adalah hasil sedimentasi. Apa beda keduanya?

Baca Selengkapnya