Jokowi Minta Maaf, Dulu Pernah Minta Dikritik

Senin, 5 Agustus 2024 13:36 WIB

Presiden Joko Widodo merayakan gol saat menyaksikan pertandingan timnas Indonesia melawan timnas Brunei pada leg 1 kualifikasi Piala Dunia 2026 babak pertama zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2023. Indonesia menang atas Brunei dengan skor 6-0. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menuai perhatian setelah menyatakan permintaan maaf menjelang masa jabatannya berakhir baru-baru ini. Selain Jokowi minta maaf, ternyata juga pernah meminta dikritik. Sama seperti saat dirinya meminta maaf, permintaan Jokowi untuk dikritik juga menuai sorotan kala itu.

Lantas seperti apa kilas balik Jokowi minta dikritik tersebut?

Sebelumnya, Jokowi minta maaf atas kesalahannya selama menjabat. Kepala negara mengingatkan bahwa dia hanya manusia biasa. Hal itu disampaikannya dalam sambutan momen zikir kebangsaan di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis malam, 1 Agustus 2024.

“Saya dan Profesor Kiai Haji Ma’ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai presiden dan sebagai wakil presiden,” kata Jokowi.

Kilas balik Jokowi minta dikritik

Advertising
Advertising

Pernyataan Jokowi minta dikritik disampaikan pada Senin, 8 Februari 2021 silam saat memberi sambutan di Laporan Akhir Tahun Ombudsman RI. Presiden saat itu meminta masyarakat untuk lebih aktif dalam memberi masukan dan kritik pada pemerintah. Kritik, kata dia, bagian dari proses mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik.

Jokowi mengatakan kritik dan masukan, salah satunya bisa dilakukan lewat Ombudsman RI. Pihaknya menyadari banyak hal yang sudah dicapai, namun juga banyak yang perlu diperbaiki. Eks Gubernur DKI Jakarta itu meyakini Ombudsman RI telah menemukan berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki pemerintah.

“Catatan ini sangat penting untuk mendorong peningkatan standar kualitas pelayanan publik di masa yang akan datang,” kata Jokowi.

Jokowi menyampaikan diperlukan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat dan juga memerlukan pengawasan dari Ombudsman RI. Kata dia, baik berupa input, kritik, maupun dukungan agar pelayanan publik di negara semakin berkualitas. Karenanya masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritikan.

“Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik masukan ataupun potensi maladministrasi dan para penyelenggara pelayanan publik juga harus terus meningkatkan upaya-upaya perbaikan,” kata mantan Wali Kota Solo itu.

Sehari sebelumnya, bertepatan dengan di Hari Pers Nasional, Jokowi juga menyinggung soal ruang diskusi dan kritik. Pernyataan Kepala Negara itu diperkuat oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang menyebut, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, kebebasan pers wajib dijaga. Sebagai negara demokrasi, menurutnya, kebebasan pers merupakan tiang utama menjaga demokrasi tetap berlangsung.

“Bagi pemerintah, kebebasan pers, kritik, saran, masukan itu seperti jamu, menguatkan pemerintah. Kita memerlukan kritik yang terbuka, kritik yang pedas, kritik yang keras, karena dengan kritik itulah pemerintah akan membangun lebih terarah dan lebih benar,” ujar Pramono.

Pernyataan Jokowi itu ternyata menuai reaksi dari berbagai kalangan. Apalagi tutur Jokowi ini tak semanis dengan kenyataan di lapangan. Faktanya, banyak penangkapan kritikus yang terjadi saat itu. Meski ada yang kemudian dilepaskan, namun hal ini menunjukkan bahwa jaminan kebebasan mengkritik tak selaras yang dikatakan Jokowi.

Tak hanya masyarakat biasa, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY juga ikut buka suara. Ia mengibaratkan kritik seperti obat yang terasa pahit dan pujian bak gula yang rasanya manis. Obat terasa pahit, tetapi bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Jika dosisnya tepat, kata SBY, maka seseorang yang mengonsumsinya akan menjadi sehat.

“Kritik itu laksana obat dan yang dikritik bisa 'sakit'. Namun kalau kritiknya benar dan bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan,” ujar SBY dalam cuitan di akun Twitter-nya, kini X, pada Sabtu, 13 Februari 2020.

Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla bahkan menyentil lebih keras. Sosok yang pernah menjadi pendamping SBY dan Jokowi di pemerintahan ini mempertanyakan cara mengkritik tanpa dipanggil polisi. Pertanyaan ini jelas merupakan bentuk sarkasme lantaran kenyataannya banyak pengkritik pemerintah justru dibekuk aparat penegak hukum.

“Tentu banyak yang ingin melihatnya, bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi? Seperti yang disampaikan Pak Kwik (Kian Gie), dan sebagainya,” ujar JK dalam acara peluncuran Mimbar Demokrasi Kebangsaan Fraksi PKS DPR RI seperti ditayangkan di kanal YouTube PKS TV, dikutip pada Sabtu, 13 Februari 2021.

HENDRIK KHOIRUL MUHID | DANIEL A. FAJRI | M ROSSENO AJI

Pilihan Editor: Pidato Lengkap Jokowi Minta Maaf: Saya Tidak Sempurna, Kesempurnaan Milik Allah

Berita terkait

Apakah "Nebeng" Bisa Loloskan Kaesang Dari Dugaan Gratifikasi Penggunaan Private Jet?

7 jam lalu

Apakah "Nebeng" Bisa Loloskan Kaesang Dari Dugaan Gratifikasi Penggunaan Private Jet?

"Jadinya numpang teman, kalau bahasa bekennya nebeng" kata Kaesang pada Media, Senin, 17 September 2024, terkait perjalanannya dengan pesawat jet.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Kaesang Naik Jet Pribadi Nebeng Y, Siapa Dia?

8 jam lalu

KPK Sebut Kaesang Naik Jet Pribadi Nebeng Y, Siapa Dia?

Kepada KPK, Kaesang mengaku bisa ke Amerika Serikati naik private jet karena nebeng temannya yang ia sebut berinisial Y.

Baca Selengkapnya

Kisruh Kadin: Jokowi Sebut Bola Panas, Pakar Nilai Sarat Kepentingan Politik

9 jam lalu

Kisruh Kadin: Jokowi Sebut Bola Panas, Pakar Nilai Sarat Kepentingan Politik

Presiden Jokowi akhirnya angkat bicara soal kekisruhan di Kadin dan minta bola panas dualisme kepemimpinan tidak disorongkan padanya

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Estimasi Biaya Kaesang dan Istri Naik Private Jet Habiskan Rp 90 Juta per Orang

9 jam lalu

KPK Sebut Estimasi Biaya Kaesang dan Istri Naik Private Jet Habiskan Rp 90 Juta per Orang

Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan mengatakan bahwa diperkirakan biaya yang dihabiskan Kaesang bersama sang istri dan 2 orang lainnya masing-masing 90 juta, disesuaikan dengan biaya pesawat business class.

Baca Selengkapnya

Alasan Akademisi Sebut Munaslub Kadin Sarat Kepentingan Politik

10 jam lalu

Alasan Akademisi Sebut Munaslub Kadin Sarat Kepentingan Politik

Asrinaldi mengatakan publik mengetahui Munaslub Kadin ada kaitannya dengan proses politik.

Baca Selengkapnya

Pernyataan Lengkap Kaesang Soal Jet Pribadi yang Ditumpanginya ke AS

10 jam lalu

Pernyataan Lengkap Kaesang Soal Jet Pribadi yang Ditumpanginya ke AS

Mengaku menumpang teman, ini pernyataan lengkap Kaesang soal jet pribadi yang ditumpanginya ke AS.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Kronologi Ekspor Pasir Laut di Era Megawati dan Jokowi, Kadin Minta Menkumham Tolak Sahkan Pengurus Hasil Munaslub

11 jam lalu

Terkini Bisnis: Kronologi Ekspor Pasir Laut di Era Megawati dan Jokowi, Kadin Minta Menkumham Tolak Sahkan Pengurus Hasil Munaslub

Kronologi penjualan pasir laut ke luar negeri yang dihentikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2003 yang kini dibuka kembali oleh Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Kaesang Lapor Dugaan Gratifikasi atas Nama Anak Jokowi

11 jam lalu

Kaesang Lapor Dugaan Gratifikasi atas Nama Anak Jokowi

Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan sebut Kaesang datang melapor sebagai dugaan gratifikasi atas penggunaan private jet atas nama anak penyelenggara negara

Baca Selengkapnya

Jokowi Bantah Ekspor Pasir Laut, Sedimen Itu Berbeda hingga Kritik dari Aktivis Lingkungan

12 jam lalu

Jokowi Bantah Ekspor Pasir Laut, Sedimen Itu Berbeda hingga Kritik dari Aktivis Lingkungan

Jokowi membantah membuka ekspor pasir laut. Menurut dia, ekspor yang dibuka adalah sedimen laut

Baca Selengkapnya

Jokowi Bakal Pulang ke Solo dan Ma'ruf Amin Kembali Jadi Kiai, Berapa Uang Pensiunnya?

12 jam lalu

Jokowi Bakal Pulang ke Solo dan Ma'ruf Amin Kembali Jadi Kiai, Berapa Uang Pensiunnya?

Rincian pensiun yang bakal diterima Jokowi setelah pulang ke Solo dan Ma'ruf Amin usai kembali menjadi kiai.

Baca Selengkapnya