Mengenal IJ Kasimo, Pendiri Partai Katolik dan Universitas Katolik Atmajaya

Jumat, 2 Agustus 2024 18:10 WIB

IJ Kasimo. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 38 tahun lalu, tetapnya 2 Agustus 1986, politikus Katolik Indonesia Ignatius Joseph Kasimo meninggal dunia. Ia meninggal dunia di usia yang ke 86 tahun. Kasimo adalah politikus yang aktif di masa pemerintahan orde lama dan orde baru. Berikut perjalanan dari Kasimo.

Dilansir dari esi.kemdikbud.go.id, Kasimo adalah seorang tokoh pergerakan dan politisi yang dikenal sebagai salah satu pendiri Partai Katolik di Indonesia. Lahir pada 10 April 1900 sebagai anak keempat dari sebelas bersaudara, masa kecilnya dihabiskan dengan membantu kedua orang tuanya berjualan di pasar untuk mendukung perekonomian keluarga.

Ayahnya, Ronosantiko, merupakan abdi dalem, tidak menerima gaji dalam bentuk uang, melainkan sebidang tanah. Baru setelah sistem apanage diganti dengan undang-undang tahun 1918, Ronosantiko mulai menerima gaji dalam bentuk uang.

Kasimo menempuh pendidikan dasar di Sekolah Bumiputra Kelas Dua Gading. Di sana, ia bertemu dengan Romo Franciscus van Lith yang menjadi tokoh penting dalam membentuk pandangan hidupnya.

Van Lith yang juga kepala sekolah Kweekschool di Muntilan, mengajak Kasimo muda untuk melanjutkan pendidikan di Muntilan. Pada usia 12 tahun, setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Kasimo melanjutkan sekolahnya ke Muntilan.

Advertising
Advertising

Kasimo melanjutkan pendidikan di Middelbare Landbouwschool, Bogor, pada 1918. Di Bogor, ia aktif dalam perkumpulan Jong Java, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mendidik anggotanya agar dapat berkontribusi bagi pembangunan Jawa.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Middelbare Landbouwschool, Kasimo diangkat menjadi pegawai perkebunan pemerintah sebelum dipindahkan menjadi guru di sekolah pertanian di Tegalgondo, Klaten.

Pada Februari 1923, bersama dengan dua rekannya, F.S. Harjadi dan R.M. Jacob Soejadi, ia mendirikan Partai Katolik yang diberi nama Pakempalan Politik Katolik Djawi (PPKD). Nama partai ini kemudian berubah menjadi Persatuan Politik Katolik Indonesia (PPKI) pada tahun 1928.

Kesuksesan dalam mendirikan partai ini membuat Kasimo diangkat menjadi anggota Volksraad pada 1931-1942. Selama di Volksraad, Kasimo aktif menyuarakan pandangannya, terutama mengenai hubungan antaragama. Ia berpendapat bahwa seorang Katolik Pribumi bisa menjadi nasionalis tanpa harus mengorbankan keyakinannya.

Selain kiprahnya di Volksraad, pada 1935, Kasimo menjadi pengurus inti Inheemse Planters Vereeniging, sebuah organisasi yang memperjuangkan kepentingan pekebun pribumi. Selama periode 1921-1943, Kasimo juga menjadi pegawai Perkebunan Karet Negara sebelum menjadi pegawai negeri pada Djawatan Penerangan Pertanian Rakjat.

Tidak banyak informasi mengenai karir politik dan kehidupan pribadi Kasimo pada masa pendudukan Jepang hingga periode awal kemerdekaan. Namun, diketahui bahwa ia menjabat sebagai Wakil Kepala Djawatan Perekonomian Negara Surakarta dan menjadi delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, atas gagasannya, PPKI berubah nama menjadi Partai Katolik Republik Indonesia, dan Kasimo menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat).

Pasca kemerdekaan, Kasimo menjabat sebagai Menteri Muda Kemakmuran I di Kabinet Amir Sjarifuddin dan Menteri Persediaan Makanan Rakyat di Kabinet Hatta. Selama agresi militer Belanda II, Kasimo bersama dengan beberapa tokoh lainnya ikut bergerilya untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia juga menjadi anggota komisariat Pemerintah Darurat Republik Indonesia dan kembali menjabat sebagai Menteri Persediaan Makanan Rakyat.

Pada 1950, Kasimo diangkat menjadi Kepala Djawatan Perkebunan RI dan terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi Partai Katolik untuk daerah pemilihan Jawa Timur. Pada 1955, ia kembali menjadi menteri di Kabinet Burhanuddin Harahap sebagai Menteri Perekonomian. Selama menjabat, Kasimo mencetuskan "Plan Kasimo", sebuah rencana produksi lima tahun untuk swasembada pangan.

Kasimo juga aktif dalam mendirikan Universitas Katolik Atmajaya pada 1960, dan namanya diabadikan sebagai salah satu gedung di universitas tersebut. Setelah semua kontribusi dan pengabdiannya untuk Republik Indonesia, Kasimo wafat pada tahun 1986 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2011 sebagai penghargaan atas jasa-jasanya.

Pilihan Editor: Profil I.J.Kasimo Penggagas Kasimo Plan untuk Ketahanan Pangan di Orde Lama

Berita terkait

Jejak Akhir RA Kartini, Wafat di Rembang dan Tempat Peristirahatan Terakhirnya

2 hari lalu

Jejak Akhir RA Kartini, Wafat di Rembang dan Tempat Peristirahatan Terakhirnya

RA Kartini lahir di Jepara dan meninggal dunia di Rembang Jawa Tengah. Kisah kematiannya dan dimakamkan di mana?

Baca Selengkapnya

KH Ahmad Dahlan dari Kampung Kauman Susah payah Mendirikan Muhammadiyah

47 hari lalu

KH Ahmad Dahlan dari Kampung Kauman Susah payah Mendirikan Muhammadiyah

Hari ini, 138 tahun KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Anak Kampung Kauman Yogyakarta ini menjadi ulama besar dan pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Napak Tilas Syekh Yusuf, Pahlawan Nasional dari Sulawesi Selatan hingga Cape Town Afrika Selatan

4 Juli 2024

Napak Tilas Syekh Yusuf, Pahlawan Nasional dari Sulawesi Selatan hingga Cape Town Afrika Selatan

Nama Syekh Yusuf terkenal di Afrika Selatan, terdapat jejak peninggalan yang masih ada sampai sekarang.

Baca Selengkapnya

396 Tahun Syekh Yusuf, Pahlawan Nasional Panutan Nelson Mandela

4 Juli 2024

396 Tahun Syekh Yusuf, Pahlawan Nasional Panutan Nelson Mandela

Syekh Yusuf dianugerahi pahlawan nasional dua negara memiliki perjalanan dakwah panjang hingga di Afrika Selatan. Nelson Mandela mengaguminya.

Baca Selengkapnya

Profil Kapolri Pertama, Raden Said Soekanto dan Banyak Momen Bersejarah di Awal Kemerdekaan

1 Juli 2024

Profil Kapolri Pertama, Raden Said Soekanto dan Banyak Momen Bersejarah di Awal Kemerdekaan

Jenderal Pol Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo merupakan Kapolri pertama pada 1945-1959. Ia menolak penggabungan Polri dan TNI jadi ABRI.

Baca Selengkapnya

Sosok Lafran Pane, Pendiri HMI yang Dikisahkan dalam Film Lafran

19 Juni 2024

Sosok Lafran Pane, Pendiri HMI yang Dikisahkan dalam Film Lafran

Sosok Lafran Pane dikisahkan dalam film Lafran, akan tayang serentak di bioskop pada 20 Juni 2024. Siapa dia?

Baca Selengkapnya

Jejak Singkat Perjalanan Perjuangan Kemerdekaan Tan Malaka Hingga Pemikirannya

2 Juni 2024

Jejak Singkat Perjalanan Perjuangan Kemerdekaan Tan Malaka Hingga Pemikirannya

Peran Tan Malaka sebagai pemikir dan revolusioner telah menginspirasi banyak orang dan pengaruhnya masih terasa hingga saat ini.

Baca Selengkapnya

127 Tahun Tan Malaka, Sosok Pahlawan Revolusioner

2 Juni 2024

127 Tahun Tan Malaka, Sosok Pahlawan Revolusioner

Tan Malaka, sosok penting perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan ideologinya yang khas.

Baca Selengkapnya

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

13 Mei 2024

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

2 Mei 2024

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya