Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Senin, 13 Mei 2024 08:01 WIB

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis ekoniomi yang melanda sebagian besar Negra di Asia Tenggara pada 1997 mempunyai kaitan erat dengan sejarah reformasi 1998. Kondisi ekonomi Indonesia menghadapi polemik ekonomi tak mampu diatasi dengan baik oleh pemerintah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dengan cepat mengalami perubahan. Per Juli 1997 nilai tukar rupiah masih tercatat sebesar RP. 2.441 namun, pada sebulan setelahnya menurun hingga Rp. 3.035 dan seterusnya anjlok hingga pada Maret 1998 berada di angka Rp. 10.550 kemudian sempat menguat juga pada Mei di angka Rp. 9.200.

Kondisi krisis moneter atau krismon tersebut telah membuka gerbang lahirnya berbagai masalah lainnya yang mempengaruhi gejolak perpolitikan di Indonesia. Pemerintah kedapatan melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Harga bahan-bahan pokok melambung tinggi, angka pengangguran dan putus sekolah meningkat, puncak dari berbagai klekacauan tersebut sampai pada Indonesia mengalami inflasi yang tinggi.

Kepemimpinan Presiden Soeharto yang saat itu sudah mulai melemah akhirnya semakin goyah. Sejumlah kebijakan politik coba diambil untuk mencari solusi dan jalan keluar dari masalah yang kian menjerat republik.

Namun, sayangnya sejumlah kebijakan tersebut dinilai dibarengi dengan maksud dan tujuan politik lain, alih-alih memperbaiki perekonomian justru membuat nilai rupiah semakin jatuh dan ekonomi rakyat semakin ambruk. Beberapa Langkah politik yang dinilai bermasalah oleh masyarakat saat itu misalnya pembentukan kabinet baru “Kabinet Pembangunan” pada Maret 1998 yang mana Soeharto menunjuk para Menterinya yang diduga mengandung unsur KKN karna memiliki hubungan dekat dengan Soeharto.

Advertising
Advertising

Masalah lain yang juga ikut disorot ialah gagalnya mekanisme pembayaran perdagangan luar negeri, penyelesaian kredit atau pinjaman dari perusahaan besar, atau sistem perbankan yang buruk, serta besarnya pinjaman swasta nasional di luar negeri. Akibat dari berbagai dampak yang memperparah keadaan membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin menipis dan menghilangkan pamor pemerintahan Soeharto. Ditambah dengan ketegangan yang terjadi antar pemerintahan Soeharto dan lembaga Internasional Monetary Fund (IMF).

Puncak ketidakpuasan dan kekecewaan masyarakat terjadi melalui aksi mahasiswa di depan Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998. Kerusuhan ini menjadi catatan kelam sepanjang sejarah yang menumbalkan 4 korban mahasiswa Trisakti akibat adanya bentrok dengan aparat, di antaranya Elang Mulya Lesmana, Hery Hertanto dan Hendirawan Lesmana.

Sebelum peristiwa naas tersebut terjadi, aksi menuntut perubahan keadaan politik Indonesia pada masa itu terlebih dahulu diawali oleh aksi yang digaungkan oleh mahasiswa di Medan, Yogyakarta, dan Bandung. Aksi tersebut dipicu kenaikan harga BBM yang terjadi pada 2 Mei 1998.

Kronologi Jalannya Reformasi

Mei 1998 menjadi catatan penting bagi reformasi di Indonesia. Pada saat itu Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lengser dari jabatnnya. Akhir dari pemerintahan Soeharto dimulai ketika puluhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto yang menyerahkan agenda reformasi nasional.

Namun, tampaknya penolakan tersebut tidak diindahkan, Soeharto dan BJ Habibie tetap disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 11 Maret 1998. Pada 14 Maret 1998 mereka kemudian membentuk kabinet baru yang diberi nama “Kabinet Pembangunan VII.”

Pada 18 April 1998 Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.

Pada 2 Mei 1998 Presiden Soeharto menjawab tantangan mahasiswa untuk melakukan reformasi secepatnya pada tahun itu juga. Namun, belum sempat agenda tersebut berjalan lonjakan harga BBM kembali terjadi dan terjadilah demonstrasi besar-besaran di tiga daerah yakni, Medan, Yogyakarta, dan Bandung. Saat demonstrasi terjadi juga kerusuhan yang menyebabkan 16 mahasiswa terluka karna bentrok dengan aparat. Pada 4 Mei 1998 terjadi kerusuhan di Medan, yang merambat keesokan harinya terjadi aksi yang berujung kerusuhan di berbagai daerah.

Setelah kejadian tersebut pecahlah Tragedi Trisakti yang menelan korban. Menyambung aksi dramatis tersebut sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia berbondong-bondong mendatangi Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kembali kejadian tersebut diwarnai kerusuhan.

Saat Presiden Soeharto tengah berada di Kairo, Mesir dalm kunjungan KTT-G 15 ia mengatakan bersedia mengundurkan diri. Saat itu kekacauan tengah terjadi di Indonesia, penjarahan toko-toko dan swalayan di wilayah Jabodetabek memicu kerusuhan yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998 yang menelan korban jiwa berkali lipat dari aksi mahasiswa sebelumnya yang mencapai 500 korban meninggal dunia. Kerusuhan tersebut terjadi di supermarket di antaranya Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana, dan Borobudur.

Pada 15 Mei 1998 Soeharto kembali tiba di Indonesia dan menolak narasi yang mengatakan bahwa ia bersedia untuk mengundurkan diri. Perundingan dengan sejumlah tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid (Gus Dur), Malik Fajar dan KH Ali Yafie untuk segera membentuk Komite Reformasi tampaknya tak mampu meredam kemarahan mahasiswa yang udah terlanjut tersulut.

Mahasiswa tetap datang menuju Gedung MPR dan DPR RI untuk meminta Soeharto segera mundur dari jabatannya. Setelah rombongan mahasiswa yang ngotot dan tak lagi mau pulang dari Gedung MPR dan DPR, Soeharto akhrinya menyatakan mundur pada Kamis 21 Mei 1998 di Istana Merdeka tepat pada pukul 09.05. BJ Habibie naik menggantikan Soeharto menjadi Presiden RI.

Berakhirnya jabatan Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa menandai awal masuknya masa reformasi di Indonesia. Total korban tewas yang terkumpul sejak kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998 mencapai 1.188 orang dan setidaknya ada 85 wanita dilaporkan mengalami pelecehan seksual.

TIARA JUWITA | HENDRIK KHOIRUL MUHID

Pilihan Editor: 23 Tahun Reformasi: Rangkaian Peristiwa Mei 1998 Berujung Soeharto Lengser

Berita terkait

Pramono Anung-Rano Karno Temui Keluarga Gus Dur: Doa, Pesan, dan Cium Tangan

3 hari lalu

Pramono Anung-Rano Karno Temui Keluarga Gus Dur: Doa, Pesan, dan Cium Tangan

Pramono Anung menyatakan amat menghormati Sinta Nuriyah dan keluarga almarhum Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Baca Selengkapnya

Putri Gus Dur Sebut Kadernya Ingin Pemimpin Jakarta dari Tokoh Betawi

3 hari lalu

Putri Gus Dur Sebut Kadernya Ingin Pemimpin Jakarta dari Tokoh Betawi

Putri Gus Dur, Yenny Wahid mendukung Pramono Anung-Rano Karno. Salah satu alasannya karena Rano adalah tokoh Betawi.

Baca Selengkapnya

Pramono Anung Cuma Mau Cium Tangan Tiga Orang, Salah Satunya Sinta Nuriyah

3 hari lalu

Pramono Anung Cuma Mau Cium Tangan Tiga Orang, Salah Satunya Sinta Nuriyah

Pramono Anung menyatakan amat menghormati Sinta Nuriyah dan keluarga Almarhum Gus Dur.

Baca Selengkapnya

Begini Pesan Istri Gus Dur kepada Pramono-Rano Karno di Pilkada Jakarta

3 hari lalu

Begini Pesan Istri Gus Dur kepada Pramono-Rano Karno di Pilkada Jakarta

Sinta Nuriyah didampingi putrinya, Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid, menerima kunjungan Pramono Anung-Rano Karno

Baca Selengkapnya

Sambangi Pesantren Ciganjur, Pramono Anung-Rano Dapat Doa dari Istri Gus Dur

4 hari lalu

Sambangi Pesantren Ciganjur, Pramono Anung-Rano Dapat Doa dari Istri Gus Dur

Kehadiran Pramono Anung dan Rano di Pesantren Ciganjur untuk bersilaturahmi dengan keluarga Gus Dur.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Rusia Resmikan Monumen Tiga Tokoh Antariksa di UI

5 hari lalu

Kedutaan Besar Rusia Resmikan Monumen Tiga Tokoh Antariksa di UI

Kedutaan Besar Rusia di Jakarta meresmikan monumen tiga tokoh antariksa di Universitas Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rekam Jejak Pernyataan Kontroversial Wamen Perumahan Fahri Hamzah: Soal Kritik KPK, Demo Mahasiswa, dan Oposisi Kritis

6 hari lalu

Rekam Jejak Pernyataan Kontroversial Wamen Perumahan Fahri Hamzah: Soal Kritik KPK, Demo Mahasiswa, dan Oposisi Kritis

Fahri Hamzah menjabat Wakil Menteri Perumahan. Ini rekam jejak pernyataan kontroversialnya selama ini soal kritik KPK, Demo Mahasiswa, oposisi kritis.

Baca Selengkapnya

Momen Khofifah-Emil dan Dewa 19 Rilis Video Klip Hidup Adalah Perjuangan

7 hari lalu

Momen Khofifah-Emil dan Dewa 19 Rilis Video Klip Hidup Adalah Perjuangan

Emil Dardak menuturkan lagu yang dirilis Dewa 19 pada 2000 itu adalah representasi dari semua masyarakat, termasuk Khofifah-Emil.

Baca Selengkapnya

Prabowo Kenang Sumitro Djojohadikusumo: Jauh Lebih Pintar dari Saya

7 hari lalu

Prabowo Kenang Sumitro Djojohadikusumo: Jauh Lebih Pintar dari Saya

Presiden Prabowo Subianto menceritakan peranan ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo dalam membentuk karakternya.

Baca Selengkapnya

Utang Petani dan Nelayan Terdampak Krisis Moneter Akan Diputihkan, Segini Jumlahnya

8 hari lalu

Utang Petani dan Nelayan Terdampak Krisis Moneter Akan Diputihkan, Segini Jumlahnya

Rencana pemutihan utang petani dan nelayan ini disambut baik oleh para petani dan nelayan.

Baca Selengkapnya