Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

Editor

Dwi Arjanto

Minggu, 12 Mei 2024 22:49 WIB

Mahasiswa Universitas Trisakti menggelar Malam Berkabung di Monumen Tragedi 12 Mei, Grogol, Jakarta Barat, Jumat malam 27 September 2019. Mereka berkabung atas tiga korban tewas terkait demonstrasi menolak RUU bermasalah dan revisi UU KPK oleh DPR RI. TEMPO/HALIDA BUNGA FISANDRA

TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 1998 menjadi tahun bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Banyak peristiwa penting telah terjadi terutama di bulan Mei 1998 yang menimbulkan rasa haru hingga luka mendalam, diantaranya Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998.

Pada saat itu, rezim Orde baru telah berkuasa selama 32 tahun membuat masyarakat Indonesia merasa muak dan menuntut adanya perubahan. Terlebih saat itu Indonesia juga mengalami krisis moneter 1997/1998 yang sangat memengaruhi perekonomian masyarakat.

Namun aksi protes dari berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa mendapat respon yang kurang baik dari pemerintah kala itu, hingga memicu terjadinya sederet peristiwa berdarah menjelang reformasi pada 21 Mei 1998.

Hari-hari di Tanggal 12-21 Mei 1998

12 Mei 1998

Dampak dari krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997-1998 mengakibatkan banyaknya pegawai yang di PHK hingga tingkat pengangguran juga meningkat di tahun tersebut. Hal itulah yang mendorong terjadinya aksi demonstrasi oleh berbagai elemen termasuk mahasiswa di Universitas Trisakti.

Advertising
Advertising

Aksi demonstrasi yang semula berjalan damai mulai memanas di sore hari. Negoisasi dengan aparat keamanan sempat dilakukan, namun pada 17.15 mahasiswa memutuskan bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan yang menghujani mahasiswa dengan tembakan gas air mata dan peluru karet.

Tepatnya pukul 20.00, dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak peluru tajam dari aparat. Adapun keempat mahasiswa yang gugur ialah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Tragedi kelam ini dikenang sebagai Tragedi Trisakti 1998.

13-15 Mei 1998

Adanya penembakan yang merenggut nyawa empat mahasiswa Universitas Trisakti memicu kemarahan dan amukan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Mulai 13 Mei 1998, berbagai daerah gencar melakukan demonstrasi menuntut keadilan.

Dilansir dari laman sejarah.fib.undip.ac.id, pada 13 Mei 1998, aksi berkabung di depan kampus Trisakti justru dihalangi oleh aparat keamanan. Akibatnya amarah massa semakin menjadi-jadi kepada aparat keamanan saat itu.

Sebuah truk sampah yang ada di perempatan jalan layang Grogol akhirnya dibakar massa, rambu-rambu lalu lintas dan pagar pembatas jalan dicabuti, bahkan gedung dan mobil di halaman parkir Mal Ciputra turut dirusak.

Pada 14 Mei 1998, kerusuhan lebih banyak menyasar pada warga Indonesia etnis Tionghoa. Suasana Jakarta berubah menjadi mencekam. Banyak kawasan pertokoan yang tutup dikarenakan banyaknya aksi penjarahan yang terjadi di sekitar Jakarta.

Puncak kerusuhan adalah pada 15 Mei 1998, dimana terjadi berbagai tindak kejahatan di Jakarta dan kota besar lain di Indonesia, ribuan toko, gedung maupun rumah-rumah dibakar dan dihancurkan. Tak hanya itu, serangan fisik seperti pelecehan hingga pemerkosaan juga banyak terjadi, khususnya pada mereka yang beretnis Tionghoa.

Sedikitnya 273 orang tewas terpanggang api di dua pusat perbelanjaan akibat dijarah dan dibakar massa, yakni Sentra Plaza Klender Jakarta Timur yang dikenal sebagai tragedi Mall Klender dan juga Ciledug Plaza Tangerang.

18 Mei 1998

Pada 18 Mei 1998, Harmoko yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPR/MPR periode 1997 - 1999 menyampaikan pidato yang berisi permintaan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana.

Namun pukul 23.00, Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto menyebut bahwa pernyataan Harmoko tersebut merupakan sikap dan pendapat individual, karena tidak dilakukan melalui mekanisme rapat DPR.

19 Mei 1998

Pada 19 Mei 1998, Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam, dimana para tokoh membeberkan situasi yang terjadi mengenai tuntutan masyarakat serta mahasiswa yang menginginkan Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden.

Soeharto menegaskan bahwa dirinya tidak mau dipilih lagi menjadi Presiden, namun pernyataan tersebut tidak dapat meredam aksi massa. Bahkan Gedung MPR semakin dipadati oleh mahasiswa yang melakukan unjuk rasa.

20 Mei 1998

Pada 20 Mei 1998, Jalur menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade oleh petugas menggunakan pagar kawat berduri. Hal ini dilakukan untuk mencegah massa masuk ke kompleks Monumen Nasional.

Namun pengerahan massa tersebut batal dilakukan sebab pada dini harinya Amien Rais meminta massa untuk mengurungkan agenda karena khawatir kegiatan tersebut akan menelan korban jiwa. Ribuan mahasiswa akhirnya semakin memadati gedung MPR/DPR untuk mendesak Soeharto mundur dari jabatannya.

21 Mei 1998

Akhirnya, pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan mengundurkan diri dari tampuk kepresidenan di Istana Merdeka pukul 09.05, dan digantikan oleh BJ. Habibie.

Momen runtuhnya era Orde Baru selama 32 tahun itu, dirayakan oleh jutaan masyarakat Indonesia dan disiarkan dimana-mana. Lahirnya reformasi ini juga tidak terlepas dari Tragedi Trisakti yang menjadi salah satu pendorong kuat untuk mengawal perubahan yang diinginkan oleh rakyat Indonesia.

SUKMASARI | DELFI ANA HARAHAP | HENDRIK KHOIRUL MUHID
Pilihan editor: Peristiwa Besar Mengiringi Lengsernya Soeharto, Termasuk 14 Menteri Mundur Bersama-sama

Berita terkait

39 Tahun Monumen Jogja Kembali, Apa Saja Koleksi Museum Bentuk Tumpeng Ini?

3 hari lalu

39 Tahun Monumen Jogja Kembali, Apa Saja Koleksi Museum Bentuk Tumpeng Ini?

Monumen Jogja Kembali telah berusia 39 tahun. Apa saja koleksinya sebagai museum dan destinasi sejarah di Yogyakarta?

Baca Selengkapnya

Kisah Raja Batik HM Lukminto Pendiri Sritex, dari Pasar Klewer Bikin Pabrik Tekstil

4 hari lalu

Kisah Raja Batik HM Lukminto Pendiri Sritex, dari Pasar Klewer Bikin Pabrik Tekstil

Kisah HM Lukminto merintis perusahaan tekstil Sritex cukup menarik. bagaimana ia membangun industri tekstil dimulai dari Pasar Klewer, Solo.

Baca Selengkapnya

Mengenang BJ Habibie: Perjalanan Politik Presiden RI ke-3 dan Demokrasi Indonesia

7 hari lalu

Mengenang BJ Habibie: Perjalanan Politik Presiden RI ke-3 dan Demokrasi Indonesia

BJ Habibie, dengan visinya dalam bidang teknologi dan kontribusinya dalam dunia politik, diingat sebagai salah satu tokoh dalam demokrasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rupiah Melemah Nyaris Rp 16.500 per 1 US Dollar Disebut Terendah Sejak Krisis Moneter 1998, Ini Kilas Baliknya

9 hari lalu

Rupiah Melemah Nyaris Rp 16.500 per 1 US Dollar Disebut Terendah Sejak Krisis Moneter 1998, Ini Kilas Baliknya

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus merosot bahkan hampir menyentuh Rp 16.500. Rupiah melemah ini disebut terburuk sejak krisis moneter 1998.

Baca Selengkapnya

Pernah Dijuluki 'Manajer Rp 1 Miliar', Inilah Kilas Balik Perjalanan Karier Mendiang Tanri Abeng

9 hari lalu

Pernah Dijuluki 'Manajer Rp 1 Miliar', Inilah Kilas Balik Perjalanan Karier Mendiang Tanri Abeng

Pada akhir 1996, Tanri Abeng dijuluki sebagai Manajer Rp 1 Miliar karena mendapat bayaran sebesar itu saat memimpin perusahaan milik Aburizal Bakrie.

Baca Selengkapnya

Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng Meninggal Dunia, Menjabat di Era Soeharto dan Habibie

10 hari lalu

Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng Meninggal Dunia, Menjabat di Era Soeharto dan Habibie

Tanri Abeng pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN di Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Jembatan Suramadu, Berikut 7 Fakta Pembangunan Jembatan Berbiaya Rp 4,5 Triliun

22 hari lalu

21 Tahun Jembatan Suramadu, Berikut 7 Fakta Pembangunan Jembatan Berbiaya Rp 4,5 Triliun

Jembatan Suramadu 21 tahun. Ini 7 fakta pembangunan Jembatan Suramadu alias Surabaya-Madura yang menjadi salah satu ikon di Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Empat Presiden Indonesia Kelahiran Juni: Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, dan Jokowi

22 hari lalu

Empat Presiden Indonesia Kelahiran Juni: Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, dan Jokowi

Tak hanya bulan lahirnya Pancasila, Juni juga menjadi hari kelahiran empat Presiden Indonesia: Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, dan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Hasto Kristiyanto Dipanggil Polisi dan KPK, Megawati: Kamu Rasakan Seperti Saya di Zaman Orde Baru

22 hari lalu

Hasto Kristiyanto Dipanggil Polisi dan KPK, Megawati: Kamu Rasakan Seperti Saya di Zaman Orde Baru

Pengalaman Hasto Kristiyanto dipanggil polisi dan KPK itu ditanggapi tawa Ketua Umum PDIP Megawati. Menurutnya seperti yang ia alami zaman Orde Baru

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 21 Tahun Jembatan Suramadu, Ini Kontribusi Presiden dari Sukarno hingga SBY

23 hari lalu

Kilas Balik 21 Tahun Jembatan Suramadu, Ini Kontribusi Presiden dari Sukarno hingga SBY

Jembatan Suramadu menyatukan Pulau Madura dan Jawa. Kecuali Jokowi, presiden sebelumnya berkontribusi mewujudkan jembatan ini.

Baca Selengkapnya