Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Reporter

Ellya Syafriani

Editor

Dwi Arjanto

Rabu, 27 Maret 2024 16:32 WIB

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein

TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik parah pasca peristiwa G30S tahun 1965. Setelah peristiwa tersebut, Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal dengan Supersemar diberikan oleh Presiden Sukarno kepada Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban atau Pangkopkamtib.

Supersemar memberikan instruksi untuk mengatasi situasi dan kondisi Indonesia yang tidak stabil dengan mengambil segala tindakan yang dianggap perlu.

Tercetusnya Supersemar juga tidak terlepas dari meletusnya peristiwa G30S. Setelah terjadinya peristiwa tersebut, keadaan Ibukota Jakarta pada 2 Oktober 1965 dikuasai oleh Pasukan (Resimen Para Komando Angkatan Darat) RPKAD.

Saat itu, Soeharto menemui Presiden Sukarno di Istana Bogor. Dalam pertemuan tersebut, Presiden memutuskan untuk secara langsung mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat, yang sejak 1 Oktober 1965 sementara dipegang oleh Mayor Jenderal Soeharto.

Situasi ekonomi di Indonesia semakin memburuk. Pada 13 Desember 1965, Pemerintah melakukan devaluasi uang rupiah, menyebabkan nilai rupiah turun drastis dan harga 9 kebutuhan pokok melonjak di pasar.

Advertising
Advertising

Dalam suasana ketidakpuasan dan ketidak sabaran ini, muncul Tri Tuntutan Rakyat atau TRITURA yang berisi tiga tuntutan utama:

1. Pembubaran PKI

2. Perombakan Kabinet

3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi

Melihat kondisi negara yang sulit dan menghadapi protes dari masyarakat serta situasi yang rumit, Presiden Sukarno yang semakin lemah kesehatannya, mengambil langkah untuk mengatasi hal tersebut.

Pada sore hari 11 Maret 1966, tiga jenderal Angkatan Darat, yaitu Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi), bertemu dengan Presiden Sukarno di Istana Bogor.

Malam itu, Presiden sebagai Pemimpin Besar Revolusi mengeluarkan suatu "Surat Perintah" kepada Letnan Jenderal Soeharto. Surat perintah ini kemudian dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar.

Berdasarkan Supersemar tersebut, maka Letnan Jendral Soeharto yang menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat menerima tugas atas nama Presiden dan mengambil tindakan mengamankan ketertiban dan

Supersemar memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua pihak, bahkan Sukarno sendiri tidak bisa membatalkan instruksi dari surat tersebut. Hal ini menyebabkan lahirnya TAP MPRS Nomor IX/1996 pada 21 Juni 1996, yang juga diiringi dengan pencabutan gelar presiden seumur hidup pada Sukarno.

Setelah MPRS memberikan mandat kepada Soeharto, terjadi dualisme di puncak kekuasaan antara Sukarno dan Soeharto. Namun, Soeharto semakin memperoleh dukungan setelah memanfaatkan momentum G30S dan kondisi ekonomi Indonesia yang memburuk, membuat posisi politik Sukarno semakin terdesak.

Pada 7 Februari 1967, Sukarno mengirim surat kepada Soeharto yang memerintahkan Soeharto untuk melaporkan pelaksanaan pemindahan kekuasaan jika diperlukan. DPR-GR kemudian mengadakan pertemuan dengan MPRS untuk membahas pemberhentian Sukarno pada 9 Februari 1967.

Akhirnya, pada 22 Februari 1967, Sukarno menyerahkan kekuasaan eksekutifnya kepada Soeharto berdasarkan Supersemar. MPRS kemudian mencabut kekuasaan presiden dari Sukarno dan menetapkan Soeharto sebagai penggantinya melalui TAP MPRS Nomor. XXXIII Tahun 1967. Pada sidang MPRS tanggal 7 Maret 1967, Soeharto resmi menjadi pejabat presiden sampai terpilihnya presiden melalui pemilihan umum.

Kemudian, pada 26 Maret 1968, Soeharto resmi menjadi Presiden RI secara penuh setelah dilantik pada sidang V MPRS yang dipimpin oleh Jenderal AH Nasution. Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968.

Puteri keempat mendiang Sukarno, Sukmawati Sukarnoputri dalam bukunya Creeping Coup D'etat menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Soeharto terhadap Sukarno merupakan kudeta merangkak.

Dalam teori Cornell oleh Ben Anderson, setidaknya ada empat tahap kudeta merangkak. Pertama yang menjadi target presiden, kedua panglima, ketika orang yang dalam pemerintah dan partai pendukung.

Namun, menurut Sukmawati kudeta yang dilakukan kepada Sukarno berbeda karena para jenderalnya dulu yang dibantai, kedua menteri-menteri (16 menteri) dalam kabinet Trikora ditangkap dan dipenjara tanpa proases pengadilan, lalu pembantaian partai pendukung dalam hal ini PKI. "Baru presidennya disingkirkan tidak boleh memerintah kembali," kata Sukmawati.

ELLYA SYAFRIANI | ANANDA BINTANG | GERIN RIO PRANATA | RINDI ARISKA
Pilihan editor: Mantan Menteri Penerangan Era Soeharto Alwi Dahlan Meninggal

.

Berita terkait

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

1 jam lalu

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

9 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

10 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

15 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

17 hari lalu

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

18 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

19 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

19 hari lalu

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.

Baca Selengkapnya

Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

28 hari lalu

Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

Tradisi open house di kalangan pejabat Indonesia makin menguat sejak Orde Baru era kepemimpinan Soeharto.

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

37 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya