Guru Besar UGM Diteror, Prof Koentjoro: Bedakan Jokowi sebagai Presiden atau Ayah Gibran

Selasa, 19 Maret 2024 18:35 WIB

Profesor Koentjoro Ketua Dewan Guru Besar UGM menunjukkan teror yang diterimanya usai lakukan aksi Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat di Balairung UGM. Foto: Michelle Gabriela/TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Koentjoro Soeparno menyampaikan agar aparatur negara dan masyarakat dapat membedakan posisi Presiden Joko Widodo alias Jokowi sebagai presiden atau sebagai ayah dari Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor urut 2.

Menurut Koentjoro seorang presiden dapat memiliki banyak peran. “Kita harus tau dia sebagai presiden atau bapaknya Gibran. Kenapa Jokowi itu dulu banyak dipuji, tapi kemudian setelah MK dia banyak dihujat?” ujar Koentjoro, kepada Tempo.co, pada Selasa, 19 April 2024 di Yogyakarta.

Bagi Koentjoro, hal tersebut terjadi lantaran Jokowi tak memisahkan perannya sebagai presiden dan ayah dari Gibran. Justru, kata Koentjoro, yang dijalankan Jokowi hari ini adalah perannya sebagai ayah dari Gibran. “Kemudian, Jokowi itu, hasratnya sebagai pemimpin, itu libidonya masih ada terus dan dia sekarang menggunakan Gibran,” kata dia.

Dari situ munculah, suara dari kampus, yakni Petisi Bulaksumur, pada Rabu, 31 Januari 2024. Koentjoro pun turut membacakan petisi tersebut. Setelah petisi itu, Jokowi turut merespons suara dari almamaternya itu. “Ya itu hak demokrasi," kata Jokowi dalam keterangan pers di Pasar Wonogiri, Jawa Tengah, pada Kamis, 1 Februari 2024, dikutip dari video Sekretariat Presiden.

Namun, di sisi lain, kata Koentjoro, pengikut Jokowi menganggap Petisi Bulaksumur sebagai gerakan partisan. Pernyataan dari berbagai perguruan tinggi yang disamakan dengan suara partai politik, katanya, merupakan kesalahan besar. “Saya itu dosen dan tugas saya mengedukasi masyarakat,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut Koentjoro, pernyataan atau petisi dari berbagai perguruan tinggi dalam merespons kondisi demokrasi hari ini adalah tanggung jawab intelektual para akademisi. Oleh karena itu, katanya, memperjuangkan kebenaran dan keadilan itu pantang mundur. “Makanya saya juga melihat, tolong kalau misalnya ada gerakan seperti itu kita harus memperhatikan siapa yang berbicara,” ujarnya.

Pesan kepada mahasiswa

Lebih lanjut, Koentjoro menitipkan pesan kepada para mahasiswa. Menurutnya, kondisi hari ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar politik. “Kalau mahasiswa hari ini tidak turun dan berpikir, maka Indonesia akan jadi seperti apa?” tanya Koentjoro.

Hari ini banyak orang berbicara tentang Indonesia Emas, tapi bagi Koentjoro, yang ada justru Indonesia Cemas. Hal ini disebabkan oleh banyaknya mahasiswa yang dibungkam dan tidak diajari berpolitik. “Berpolitik itu adalah belajar hak ihwal bernegara,” jelasnya.

Teror yang dialami Prof Koentjoro

Setelah membacakan Petisi Bulaksumur, Koentjoro berulang kali diserang oleh buzzer melalui di akun Instagram pribadinya. “Kalau yang dari Instagram lebih canggih, itu lebih sistematis. Karena kemudian ketika ada apa, mereka langsung nimbrung banyak. Kemudian saya katakan kalau ini buzzer mesti,” jelasnya.

Tak hanya diserang melalui buzzer di media sosial, Koentjoro pun sempat dicari oleh orang tak dikenal yang datang ke Fakultas Psikologi UGM. Orang tak dikenal itu pun ditemui oleh Juni Prianto, anggota Satuan Keamanan dan Keselamatan Kampus (SKKK) Fakultas Psikologi yang tengah bertugas hari itu.

Menurut pengakuan Juni, pagi sekitar pukul 10.00 WIB, seseorang tak dikenal itu duduk di dekat kanopi sambil mengaji dengan keras. Karena dianggap mengganggu proses perkuliahan, Juni menghampiri orang itu. Orang tak dikenal itu pun menyampaikan niatnya untuk bertemu dengan Koentjoro.

“Kalau saya gak turun gunung dan ketemu Pak Koen, ya negara ini rusak,” ujar Juni, kepada Tempo, menirukan ucapan orang tak dikenal itu, pada Selasa, 19 Maret 2024.

Kalau menurut SOP kami, kata Juni, ketemu dengan dosen atau pejabat itu harus konfirmasi dulu. “Waktu itu bapaknya ngaku dari Kalimantan. Dia naik bentor, orangnya tinggi tapi badannya tidak begitu besar. Ia pakai setelan rapi,” ujar Juni.

Terbaru, Koentjoro mendapat teror melalui pesan WhatsApp (WA) ke nomor pribadinya, pada Sabtu, 16 Maret 2024. Teror itu datang setelah ia terlibat aksi “Kampus Menggugat: Tegakkan Etika & Konstitusi, Perkuat Demokrasi” pada Selasa, 12 Maret 2024 yang digelar di Balairung UGM.

Isi pesan itu sendiri berbunyi, “Pemilu curang, pemilu curang. Mbah mu u u u. Koe arep mbelo koncomu 03 to, oalah pak tue pak tue… Aku wong jateng ae ora srek kok karo Ganjar. Kok koe mbelo mbelo ngomong pemilu curang, arep jatah jabatan to nek menang…isin karo jenggotmu kui lo..,” tulis pesan yang dikirim pukul 06.45 WIB itu.

Diketahui seseorang yang mengirim pesan itu sebelumnya menggunakan foto profil logo Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bawahnya bertuliskan yang bertuliskan Pelayanan dan Pengaduan Masyarakat KPK. Menurut Koentjoro, selepas membalas, foto profil orang itu kemudian dihapus. Koentjoro pun mencoba melacak pengirim pesan tak dikenal itu dengan meminta bantuan temannya. Pengirim pesan pun teridentifikasi sebagai seorang penipu. “Lokasinya di Batam,” kata Koentjoro.


Pilihan Editor: Guru Besar UGM Diteror Berulang Kali Usai petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat, Prof Koentrojo: Saya Tidak Pernah Takut

Berita terkait

Pansel KPK Diumumkan Bulan Ini, Akademisi Bilang Harus Diisi Orang-orang Kredibel

1 jam lalu

Pansel KPK Diumumkan Bulan Ini, Akademisi Bilang Harus Diisi Orang-orang Kredibel

Akademisi menyarankan proses seleksi calon pimpinan KPK diperketat menyusul kasus yang menjerat mantan Ketua KPK Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Jokowi Bisa Cawe-cawe di Pilkada jika Berkongsi dengan Prabowo

4 jam lalu

Pakar Sebut Jokowi Bisa Cawe-cawe di Pilkada jika Berkongsi dengan Prabowo

Analisis pengamat apakah Jokowi masih akan cawe-cawe di pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Pendaftaran Seleksi Mandiri UGM 2024 Diperpanjang, Sediakan Kuota 40 Persen

6 jam lalu

Pendaftaran Seleksi Mandiri UGM 2024 Diperpanjang, Sediakan Kuota 40 Persen

UGM mengubah waktu pendaftaran untuk semua lokasi tes seleksi mandiri (UM UGM CBT) kecuali di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Kisah Sendi Fardiansyah Sespri Iriana Galang Dukungan untuk Maju Pilwalkot Bogor

8 jam lalu

Kisah Sendi Fardiansyah Sespri Iriana Galang Dukungan untuk Maju Pilwalkot Bogor

Sespri Iriana Sendi Fardiansyah melakukan sejumlah upaya dalam mempersiapkan diri maju dalam pemilihan wali kota Bogor. Begini kisahnya

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

8 jam lalu

Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

Mantan Komisioner KPK Busyro Muqoddas mendesak Pansel KPK tahun ini tidak sepenuhnya ditunjuk Jokowi

Baca Selengkapnya

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaannya di Bidang Legislatif

9 jam lalu

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaannya di Bidang Legislatif

Presiden Indonesia ikut dalam semua aktivitas legislasi mulai dari perencanaan, pengusulan, pembahasan, persetujuan hingga pengundangan.

Baca Selengkapnya

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

9 jam lalu

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

10 jam lalu

Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

Staf Khusus Menteri Keuangan mengatakan Jokowi sudah memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomunikasi dengan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

10 jam lalu

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?

Baca Selengkapnya

Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis PPDS: Kuota Hanya 38, Depresi sampai Dibuli Senior

10 jam lalu

Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis PPDS: Kuota Hanya 38, Depresi sampai Dibuli Senior

Untuk tahun pertama Kementerian Kesehatan menyediakan 38 kursi PPDS, namun Jokowi minta kuotanya ditambah.

Baca Selengkapnya