Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

Selasa, 12 Maret 2024 13:45 WIB

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah peristiwa penting terjadi 58 tahun yang lalu, tepatnya pada Sabtu, 11 Maret 1966, ketika Presiden Sukarno menyerahkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan Supersemar kepada Jenderal Soeharto.

Dalam Supersemar tersebut, Sukarno memberikan instruksi kepada Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Soeharto untuk mengatasi situasi yang tidak stabil dengan mengambil tindakan yang dianggap perlu.

Supersemar menjadi awal dari peralihan kekuasaan dari pemerintahan Sukarno ke Soeharto, yang kemudian menyatakan rezimnya sebagai Orde Baru. Meskipun kemudian muncul kontroversi, pada awalnya Supersemar dianggap sebagai surat serah mandat kekuasaan dari Presiden Sukarno kepada Soeharto.

Penyerahan surat tersebut terjadi karena situasi keamanan negara menjadi tidak stabil akibat peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September atau G30S pada dini hari 1 Oktober 1965.

Tiga jenderal yang meyakinkan Sukarno

Advertising
Advertising

Pada 11 Maret 1966, saat sedang berlangsung sidang pelantikan Kabinet Dwikora atau Kabinet 100 Menteri, Brigadir Jenderal Sabur dari Pasukan Pengawal Presiden (Tjakrabirawa) melaporkan adanya kehadiran pasukan yang tidak dikenal, yang kemudian diketahui sebagai anggota Pasukan Kostrad di bawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris. Pasukan Kostrad tersebut bertugas untuk menahan sejumlah orang di Kabinet yang diduga terlibat dalam peristiwa G30S, termasuk Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.

Sidang pelantikan kabinet terpaksa ditutup oleh Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena karena situasi tersebut. Sementara itu, Presiden Sukarno bersama Wakil Perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh pergi menuju Bogor dengan helikopter.

Situasi ini dilaporkan kepada Panglima Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto, yang absen dari sidang pelantikan kabinet karena mengaku sakit. Lantas, Soeharto mengutus tiga perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu Brigjen M. Jusuf, Brigjen Amir Machmud, dan Brigjen Basuki Rahmat, untuk menemui Presiden Sukarno di Istana Bogor.

Setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Sukarno, ketiga perwira tersebut menyampaikan bahwa Mayjen Soeharto bisa menangani situasi tersebut dengan baik jika diberi wewenang.

Sukarno menyetujui usulan tersebut dan menulis surat perintah yang memberikan wewenang kepada Soeharto. Surat tersebut kemudian dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, yang memberikan wewenang kepada Soeharto untuk mengambil tindakan yang diperlukan demi meredam gejolak dan mengembalikan kestabilan keamanan negara.

Pasukan Kostrad tersebut bertugas menahan sejumlah orang di Kabinet yang diduga terlibat dalam G30S, termasuk Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.

Menerima laporan tersebut, sidang pelantikan kabinet terpaksa ditutup dan Presiden Sukarno pergi ke Bogor dengan helikopter bersama beberapa pejabat pemerintahan.

Situasi ini dilaporkan kepada Mayjen Soeharto yang mengutus tiga perwira tinggi Angkatan Darat untuk menemui Presiden Sukarno di Istana Bogor. Ketiga perwira tersebut melakukan pembicaraan dengan Presiden Sukarno dan menyarankan agar Soeharto diberi wewenang untuk mengatasi situasi tersebut.

Presiden Sukarno menyetujui usulan tersebut dan menandatangani Supersemar, yang memberikan wewenang kepada Soeharto untuk mengambil tindakan yang diperlukan demi meredam gejolak dan memulihkan keamanan negara.

Seusai penandatanganan Supersemar, Soeharto membubarkan PKI yang dianggap sebagai dalang G30S dan menangkap 15 orang menteri yang diduga terlibat dalam peristiwa tersebut. Meskipun keamanan sudah stabil dan PKI sudah dibubarkan, Supersemar tetap diakui oleh MPRS melalui sebuah tap yang mengukuhkannya sehingga Presiden Soekarno tidak bisa mencabutnya.

Supersemar menjadi simbol dari runtuhnya kekuasaan Soekarno dan dimulainya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Pilihan Editor: 58 Tahun Supersemar atau Surat perintah Sebelas Maret, Apa Isinya?

Berita terkait

Airlangga Hartarto Yakin Prabowo Bisa Bawa Ekonomi Tumbuh 8 Persen: Belajar dari 1986-1997

5 hari lalu

Airlangga Hartarto Yakin Prabowo Bisa Bawa Ekonomi Tumbuh 8 Persen: Belajar dari 1986-1997

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan target Presiden Prabowo Subianto membawa perekonomian Indonesia tumbuh 8 persen bukan hal yang mustahil.

Baca Selengkapnya

Prabowo Kenang Sumitro Djojohadikusumo: Jauh Lebih Pintar dari Saya

7 hari lalu

Prabowo Kenang Sumitro Djojohadikusumo: Jauh Lebih Pintar dari Saya

Presiden Prabowo Subianto menceritakan peranan ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo dalam membentuk karakternya.

Baca Selengkapnya

Kisah Ayah Prabowo dalam Gerakan Melawan Orde Lama

7 hari lalu

Kisah Ayah Prabowo dalam Gerakan Melawan Orde Lama

Gerakan Pembaharuan Indonesia (GPI), sebuah gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo.

Baca Selengkapnya

BEM FISIP Unair Dibekukan, KIKA: Seperti Kembali ke Era Soeharto

8 hari lalu

BEM FISIP Unair Dibekukan, KIKA: Seperti Kembali ke Era Soeharto

KIKA menilai pembekuan terhadap BEM FISIP Unair mencerminkan sikap otoriter seperti yang ada di era pemerintahan Soeharto.

Baca Selengkapnya

Presiden Prabowo Subianto Badan Pengawas Pembangunan Meniru Orde Baru

10 hari lalu

Presiden Prabowo Subianto Badan Pengawas Pembangunan Meniru Orde Baru

Badan ini bertugas mengoptimalkan program pembangunan, mengawasi anggaran negara, dan memonitor semua program pemerintah.

Baca Selengkapnya

Rekam Jejak Jenderal TNI Wiranto: Dari Presiden Soeharto hingga Prabowo

12 hari lalu

Rekam Jejak Jenderal TNI Wiranto: Dari Presiden Soeharto hingga Prabowo

Presiden Prabowo melantik Jenderal TNI (Purn) Wiranto sebagai Penasihat Khusus Presiden bidang keamanan dan politik.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Didit Prabowo, Anak Presiden yang Menggeluti Dunia Fashion

14 hari lalu

Fakta-fakta Didit Prabowo, Anak Presiden yang Menggeluti Dunia Fashion

Anak presiden Prabowo berkecimpung di dunia desain sejak usia muda

Baca Selengkapnya

Kabinet Prabowo Bakal Gemuk? Dulu di Orde Lama Pernah Ada Kabinet 100 Menteri

16 hari lalu

Kabinet Prabowo Bakal Gemuk? Dulu di Orde Lama Pernah Ada Kabinet 100 Menteri

Diskusi tentang komposisi dan postur kabinet Prabowo yang diprediksi gemoy, mengingatkan masyarakat akan kabinet gemuk di masa Orde Lama.

Baca Selengkapnya

20 Tahun Jalan Prabowo Menjadi Presiden RI, Impiannya Terwujud pada Pilpres 2024

16 hari lalu

20 Tahun Jalan Prabowo Menjadi Presiden RI, Impiannya Terwujud pada Pilpres 2024

Selama lebih dari 20 tahun, Prabowo Subianto telah berupaya menjadi Presiden RI. Pada Pilpres 2024, impiannya pun terwujud.

Baca Selengkapnya

Gembar-gembor Jokowi Soal Revolusi Mental, Bagaimana Hasilnya Setelah 10 Tahun Pemerintahannya?

24 hari lalu

Gembar-gembor Jokowi Soal Revolusi Mental, Bagaimana Hasilnya Setelah 10 Tahun Pemerintahannya?

Jokowi segera purnatugas. Di awal pemerintahannya, Jokowi gembar-gemborkan soal program revolusi mental. Bagaimana hasilnya setelah 10 tahun berkuasa?

Baca Selengkapnya