TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sekretaris Negara Pratikno membantah ada pertemuan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Andi Widjajanto membahas pemilu 2024. Pratikno mengatakan pertemuan terakhir Jokowi dan Andi terjadi pada 4 Oktober 2023 dalam acara Lemhannas di Istana Negara, Jakarta.

Andi, dalam siniar Political Show CNN Indonesia, mengatakan bertemu dengan Jokowi dua hari sebelum deklarasi Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres pada 22 Oktober 2023. Dalam pertemuan itu, Andi mengatakan Jokowi menyampaikan tiga poin: Prabowo Subianto akan menang pilpres, Partai Solidaritas Indonesia akan lolos ke DPR dan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan akan turun.

Pratikno menjelaskan pada 20 Oktober 2023, Jokowi masih ada di Arab Saudi untuk kunjungan kerja dan tiba di Jakarta pada 21 Oktober 2023 dini hari. “Pertemuannya aja enggak ada kok. Pertemuannya nggak ada. Isi pertemuannya juga enggak ada gitu,” kata Pratikno memberikan keterangan video pada Selasa, 13 Februari 2024.

Ketika dihubungi melalui pesan singkat pada Selasa untuk diminta keterangan lebih lanjut soal siniar di CNN, Andi belum segera merespons. Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Patria Ginting mengatakan akan membantu menghubungi Andi.

Andi, mantan Gubernur Lemhannas, dikenal sebagai 'orang Jokowi' sejak lama. Saat ini, dia menjadi Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar Pranowo dan Mahfud Md. Melalui podcast yang tayang pada Jumat, 9 Februari 2024, Andi mengklaim bahwa Jokowi mengatakan, “Kalian hebat kalau nanti bisa mengalahkan saya.”

Dalam keterangannya, Pratikno menyatakan dia menyimak statement yang disampaikan Andi. Mantan Rektor UGM itu mengatakan pernyataan itu tidak benar sama sekali.

Pratikno menyatakan Jokowi bukan tipe orang yang sombong, namun rendah hati. Mensesneg juga mengatakan Jokowi tidak pernah merendahkan orang lain.

“Lebih fair tanyakan saja ke rakyat Indonesia apakah pak presiden orang yang kayak begitu? Pasti jawabannya enggak,” kata Pratikno. “Jadi tolong jangan dibalik-balik lah.”

Pilihan Editor: Ma'ruf Amin Bersuara Soal Fenomena Demokrasi Hari-hari Ini, Begini Tanggapannya Tentang Dirty Vote