Jokowi Beri Kuliah Umum di Stanford University Bahas Perubahan Iklim dan Transisi Energi
Reporter
Daniel A. Fajri
Editor
Linda novi trianita
Kamis, 16 November 2023 11:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan kuliah umum di Stanford University, San Francisco, Amerika Serikat, pada Rabu, 15 November 2023. Jokowi membahas perubahan iklim dan tantangan dalam menjalankan transisi energi.
Jokowi mengatakan perubahan iklim dan transisi energi merupakan hal yang sangat mendesak di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Ia menyoroti, saat ini masih terdapat tantangan besar bagi Indonesia dan juga negara berkembang lainnya untuk melakukan transisi energi utamanya, dalam transfer teknologi dan pendanaan.
“Sampai saat ini yang namanya pendanaan iklim masih business as usual, masih seperti commercial banks. Padahal seharusnya lebih konstruktif, bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin maupun negara-negara berkembang,” kata Jokowi dalam kuliah umumnya.
Presiden Jokowi mengunjungi Amerika Serikat pada pekan ini untuk mengikuti rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT APEC di San Francisco pada 16-17 November 2023. Pada Senin, 13 November 2023, Jokowi bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih. Kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan kemitraan Indonesia-AS menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership/CSP).
Sebelum ke Stanford University, Jokowi sempat menyampaikan kuliah umum di Gaston Hall, Gedung Healy, Georgetown University, Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin, 13 November 2023. Dalam pidatonya ia membahas falsafah bangsa Pancasila yang menjadi penopang kehidupan bernegara.
Dalam kuliah umumnya di Stanford University, Jokowi mengatakan kolaborasi dan langkah strategis menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. “Untuk Indonesia, tidak perlu ragu dan tidak perlu dipertanyakan komitmen kami. Indonesia walks the talk, not talks the talk,” kata Jokowi.
Kepala negara mengklaim Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebesar 91,5 juta ton. Hal tersebut diikuti oleh laju deforestasi Indonesia hingga 2022 telah ditekan hingga 104.000 hektare. Kawasan hutan juga direhabilitasi seluas 77.000 hektare, hutan bakau direstorasi seluas 34.000 hektare hanya dalam waktu satu tahun.
"Indonesia memiliki potensi energi hijau yang sangat besar, yang bisa dimanfaatkan untuk pelestarian bumi. Potensinya mencapai 3600 gigawatt dari energi matahari, air, dari sungai karena kita memiliki 4400 sungai, kemudian angin, kemudian geothermal, ombak dan energi bio," katanya.
Jokowi mengatakan Indonesia akan terus menjaga lingkungan dan melakukan transisi energi. Seperti halnya yang akan diterapkan di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan menjadi kota pintar berbasis hutan yang nantinya disebut akan menggunakan energi hijau dari matahari dan air. “IKN 70 persen areanya hijau, area hutan, dan kita nanti akan menggunakan juga energi hijau dari matahari dan dari hydropower,” katanya.
Pilihan Editor: Pakar Politik Sebut PDIP Sudah Anggap Jokowi sebagai Lawan