Pakar Soroti MPLS, Desak Hilangkan Unsur Ospek Mulai Perundungan Hingga Diskriminasi

Kamis, 13 Juli 2023 23:17 WIB

Ilustrasi perundungan. Sumber: www.dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pakar pendidikan yang juga pengajar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Muhammad Nur Rizal, menyoroti tradisi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS. Dia meminta agar tradisi yang selalu dilaksanakan untuk menyambut siswa baru itu tak lagi menggunakan prinsip junior-senior seperti sebelumnya.

Dia mengigatkan MPLS merupakan mekanisme untuk memperkenalkan siswa kepada lingkungan sekolahnya yang baru.

"Masa MPLS harus dipahami dulu, proses untuk memperkenalkan siswa baru dengan berbagai aspek penting kehidupan sekolah," kata Rizal, Kamis 13 Juli 2023.

Mengingatkan agar tak ada lagi pendekatan junior-senior

Rizal yang juga inisiator Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) itu menyoroti beberapa kegiatan MPLS di sekolah menerapkan pendekatan yang terlalu kaku hingga tak berbeda dengan ospek gaya lama.

"MPLS ditempatkan fokus pada aturan atau tugas, dan bahkan mempertahankan budaya feodalistik
senioritas-junioritas," kata Rizal.

Advertising
Advertising

Rizal menuturkan MPLS justru menjadi ruang paling awal mengenalkan siswa tentang sekolah sebagai lingkungan belajar dan tempat tinggal yang aman, nyaman, bebas dari perundungan, kekerasan fisik dan psikis, serta intoleransi dan diskriminasi.

"MPLS menjadi tempat awal mengenalkan prinsip kesetaraan itu," kata dia.

MPLS bisa pengaruhi perilaku siswa

Gagalnya sekolah dalam memahamkan MPLS sebagai awal proses belajar siswa, ujar Rizal, tak bisa dilepaskan dari perilaku perilaku siswa di sekolah itu di kemudian waktu. Siswa bisa menjadi asing dengan lingkungan, terpojok, dan terdiskriminasi. Sehingga memicu tindakan tindakan yang tak terkendali sebagai ekspresinya.

Rizal mencontohkan kasus kekerasan di lingkungan sekolah yang berujung pada pembakaran sekolah dan kematian anak semakin meningkat. Dendam akibat perundungan di sekolah dan kurangnya perhatian guru telah menyebabkan kasus pembakaran sekolah dengan bom molotov oleh seorang siswa di Temanggung beberapa waktu lalu.

Selain itu, dia juga mencontohkan kasus kematian seorang anak usia SD akibat stres akibat perundungan oleh tiga siswa SMP. Kasus-kasus ini, menurut dia, mencerminkan budaya senioritas dan diskriminasi yang masih berlangsung di lingkungan pendidikan.

"Fenomena ini semakin merebak di era digital jika tidak dianggap serius oleh guru dan orang dewasa yang bertanggung jawab," kata dia.

Berita terkait

Aksi Bullying di Depok, Pelajar Putri SMP Pukuli Siswi dari SMP lain

1 jam lalu

Aksi Bullying di Depok, Pelajar Putri SMP Pukuli Siswi dari SMP lain

Seorang pelajar putri dari sebuah SMP melakukan bullying terhadap siswi dari SMP lain di Depok.

Baca Selengkapnya

5 Alasan Dilakukan MPLS kepada Siswa Baru, Tentu Tanpa Perpeloncoan dan Bullying

5 hari lalu

5 Alasan Dilakukan MPLS kepada Siswa Baru, Tentu Tanpa Perpeloncoan dan Bullying

Alasan pentingnya MPLS dilakukan kepada siswa baru, tentu saja menghindari tindakan mengarah perpeloncoan atau bullying.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik MOS menjadi MPLS Bagi Siswa Baru, Apa Saja yang Dilarang Dilakukan?

5 hari lalu

Kilas Balik MOS menjadi MPLS Bagi Siswa Baru, Apa Saja yang Dilarang Dilakukan?

Berikut alasan pergantian Masa Orientasi Siswa (MOS) jadi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Apa yang dilarang dilakukan kepada siswa baru?

Baca Selengkapnya

Sekolah di Texas Dilaporkan ke Kementerian Pendidikan karena Diduga Diskriminasi Gender

6 hari lalu

Sekolah di Texas Dilaporkan ke Kementerian Pendidikan karena Diduga Diskriminasi Gender

Kementerian Pendidikan Amerika Serikat melakukan sebuah investigasi hak-hak sipil ke sebuah sekolah di setalah Texas

Baca Selengkapnya

Kasus Bullying di Binus School Serpong Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pelaku tidak Ditahan

18 hari lalu

Kasus Bullying di Binus School Serpong Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pelaku tidak Ditahan

Kasus bullying atau perundungan di sekolah Internasional Binus School Serpong segera memasuki babak baru.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

32 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

43 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

51 hari lalu

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

Panji Gumilang dijerat Pasal Penodaan Agama, penghinaan terhadap agama di Indonesia masih mengacu pada Pasal 156a KUHP.

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

12 Maret 2024

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Korban Perundungan Geng Tai Binus School Serpong Minta 4 Pelaku Segera Ditahan

10 Maret 2024

Kuasa Hukum Korban Perundungan Geng Tai Binus School Serpong Minta 4 Pelaku Segera Ditahan

Kuasa hukum korban perundungan Geng Tai SMA Binus School Serpong meminta agar empat tersangka segara ditahan.

Baca Selengkapnya